Para mahasiswa selalu diajak untuk berpikir
ilmiah. Cara berpikir itu tidak saja
terkait dalam kegiatan riset, atau tatkala mengikuti perkuliahan di ruang kelas, melainkan juga
dalam segala tindakannya sehari-hari.
Setiap komunitas memiliki cara
berpikir yang berbeda-beda. Orang kampus adalah disebut sebagai masyarakat
ilmiah, sehingga cara berpikirnya pun juga harus mengikuti cara berpikir
ilmiah.
Setidaknya ada empat ciri berpikir ilmiah. Pertama,
harus obyektif. Seorang ilmuwan dituntut
mampu berpikir obyektif atau apa adanya. Seorang yang berpikir obyektif selalu
menggunakan data yang benar.
Disebut sebagai data yang benar, manakala data itu diperoleh dari sumber dan cara yang benar.
Sebaliknya, data yang tidak
benar oleh karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu dibuat-buat, misalnya. Data yang benar adalah data yang benar-benar sesuai dengan
kenyataan yang ada, tidak kurang dan tidak lebih.
Ternyata untuk mendapatkan data yang benar juga tidak
mudah. Lebih mudah mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan harus mampu membedakan antara data yang benar
itu dari data yang palsu. Data yang
benar tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah data
palsu. Banyak orang berpikir salah, oleh karena mendasarkan pada data yang
salah atau bahkan data palsu. Dari kenyataan
seperti ini, maka seorang yang
berpikir ilmiah, harus hati-hati
terhadap data yang tersedia.
Kedua, rasional atau secara sederhana orang menyebut masuk
akal. Seorang berpikir ilmiah harus
mampu menggunakan logika yang benar.
Mereka bisa mengenali kejadian atau peristiwai mulai apa yang
menjadi sebab dan apa pula
akibatnya. Segala sesuatu selalu mengikuti hukum sebab dan akibat. Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang
mengadakan. Sesuatu menjadi
berkembang, oleh karena ada kekuatan yang mengembangkan. Seseorang
menjadi marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah.
Manakala sebab itu tidak ada, tetapi tetap marah, maka
orang dimaksud dianggap di luar kebiasaan, atau tidak masuk akal.
Orang berikir ilmiah tidak akan terjebak atau
terpengaruh oleh hal-hal yang tidak masuk akal. Informasi, pendapat atau
pandangan baru bagi seseorang yang selalu berikir ilmiah tidak segera diterimanya. Mereka akan mencari
tahu informasi itu tentang sumbernya, siapa yang membawa, dan kalau perlu
diuji terlebih dahulu atas kebenarannya. Begitu pula tatkala
menghadapi pandangan atau pendapat, maka seorang yang berpikir ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar
yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya
seperti itu, maka seorang yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
Ketiga, ciri seseorang yang berpikir ilmiah adalah terbuka. Ia selalu
memposisikan diri bagaikan gelas yang terbuka dan masih bisa diisi kembali. Seorang yang
terbuka adalah selalu siap mendapatkan masukan,
baik berupa pikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga
data atau informasi baru dari manapun asal atau sumbernya. Ia tidak segera
menutup diri, bahwa hanya pendapatnya
sendiri saja yang benar dan selalu mengabaikan lainnya dari mana pun asalnya. Seseorang yang
berpikir ilmiah tidak akan tertutup dan apalagi menutup diri.