BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Sejarah dan Diskripsi UMKM Manik – Manik Kaca Jombang
Penelitian ini dilakukan pada UMKM manik-manik yang
terletak di Desa Plumbon Gambang Kec. Gudo Kab. Jombang. Pengerajin manik–manik
kaca di Desa Plumbon gambang sangat banyak. Pada tahun 90-an rata–rata
masyarakat gambang memilik mata pencaharian sebagai pengerajin manik – manik
kaca. Pada mulanya, pengalaman mengerajin manik – manik kaca bermula dari tiga
orang yaitu Bapak Wahid, Bapak Sugio dan Bapak Nadlan yang bekerja di Solo
sebagai pembuat cincin akek (cincin dengan khas batunya) yang terbuat
dari kaca. Ketika mereka kembali ke desa gambang, mereka mencoba mengembangkan
pengalaman mereka dengan membuat manik – manik. Proses pembuatan manik – manik pun
pada awalnya hanya memiliki desain satu warna dan berbentuk bundar seperti
kelereng. Mula – mula dari konsumen yang berasal dari kalimantan yang mengajukan
desain dengan ada lubang di tengah agar dapat dijadikan kalung. Kemudian
berkembang dengan penambahan inovasi pada corak warna dan bentuk. Hingga saat
ini produk dari UMKM Manik – manik kaca memiliki berbagai macam produk baik
berbentuk kalung dengan corak satu warna hingga bermacam warna dan berbentuk
asesoris moderen lainnya.
Sejak saat itu, banyak bermunculan pengerajin manik –
manik kaca di Desa gambang. Berawal dengan belajar dari tiga orang tersebut,
kemudian membuka dan membuat usaha sendiri. Pada saat itu, untuk memproduksi
tidak membutuhkan modal yang besar. Dengan menggunakan peralatan sederhana
seperti kompor sebagai alat untuk melelehkan kaca dan proses pencampuran, kapi
dan tang serta dengan bahan baku dari limbah kaca mendorong para pengerajin
untuk membuka usaha sendiri. Dengan itu membawa dampak postif bagi masyarakat
Gambang dengan terciptanya mata pencaharian baru.
Namun perkembangan pengerajin manik – manik mulai
berkurang. Banyak faktor yang mempengaruhi banyaknya pengusaha pengerajin manik
– manik gulung tikar. Walau mendirikan usaha mengerajin manik – manik tidak
membutuhkan modal yang besar, akan tetapi dalam dunia usaha membutuhkan
pengembangan usaha sebagai membangun usaha secara berkelanjutan. Maka pengusaha
manik – manik membutuhkan modal yang cukup besar agar dapat memproduksi dengan
kuantitas yang cukup banyak demi memenuhi permintaan pasar. Kemudian faktor
yang mempengaruihi adalah kreatifitas dan inovasi produk. Pada masa
perkembangan kerajinan manik – manik di Desa Gambang, memang masih minim inovasi
– inovasi produk. Maka faktor tingkat kreatifitas dan inovasi sangat
mempengaruhi perkembangan usaha pada masa itu. Bila tidak mampu mengikuti
perkembangan trend, akan memunculkan efek ke-tidak tertarikan terhadap
produknya dan berdampak pada pengusaha dengan tidak memiliki konsumen tetap
atau fanatik. Faktor penting lainnya ialah jaringan pasar. Bagi pengusaha
pengerajin manik – manik yang tidak memiliki jaringan pasar yang luas maka akan
mengalami gulung tikar. Pada saat ini sasaran pasar yang empuk bagi para
pengusaha pengerajin manik – manik adalah bali dan kalimantan. Maka pada saat
itu yang belum mampu menembus jaringan pasar hingga bali, maka akan mengalami
kemacetan usaha.
Untuk saat ini terdapat 11 UMKM pengerajin manik –
manik yang ada di Desa Gambang, ialah salah satunya UMKM Griya Manik. Dengan
memiliki karyawan sebanyak 20 karyawan, terdiri dari 12 karyawan laki – laki
dan 8 karyawan perempuan. 2 orang karyawan laki-laki sebagai pengelola bahan
baku menjadi bakal manik – manik, 10 orang sebagai pengelola bahan setengah
jadi (bakal Manik – manik) menjadi manik – manik jadi (siap di rangkai) dan 8
karyawan perempuan sebagai perangkai manik – manik untuk siap kirim. Dengan
berdirinya UMKM Griya manik dan UMKM lainnya, dapat membantu mengurangi angka
pengangguran pada masyarakat desa Gambang, dikarenakan seluruh karyawan pak
Suloso adalah masyarakat Desa Gambang.
Demi mempermudah memasarkan produknya, UMKM manik –
manik Gambang dengan cara membuka toko di daerah Desa Gambang. Dengan berbagai
bentuk konsep tata kelola toko yang di jalankan oleh masing – masing UMKM.
Namun rata – rata pengelola toko dan pengelola UMKM merupakan pemilik UMKM
sendiri. Selain dengan membuka pangsa pasar UMKM manik - manik rata – rata pada
bali, kalimantan dan jakarta. Sedangkan
pendapatan atau omzet UMKM manik – manik rata – rata dari angka Rp.30.000.000 s.d. Rp.80.000.000 per
bulannya.
B.
Kesiapan UMKM manik – manik Dalam Menghadapi AEC
Kata
kesiapan bila dilihat dari persepektif psikologi merupakan tingkat perkembangan atau
kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu (Chaplin 2006:419). Selain itu
kata kesiapan bila dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terdapat
beberapa kata, 1. Siap, 2. Bersiap-siap, 3. Mempersiapkan dan, 4. Persiapan.
Arti dari kata siap ialah sudah disediakan, arti dari kata bersiap-siap adalah
mengatur segala sesuatu dan arti kata dari mempersiapkan ialah menyiapkan
sedangkan arti kata dari persiapan ialah perbuatan bersiap-siap atau
mempersiapkan;tindakan (rancangan) untuk sesuatu. Dari pengertian diatas, dapat
membantu untuk mengungkapkan kesiapan UMKM Jombang dalam menghadapi AEC. Sudah
sejauh mana UMKM Jomang menjelang AEC, pada tahapan siap atau masih
mempersiapkan kesiapan UMKM untuk menghadapi AEC.
Mengubah mind-set
bagi pelaku usaha mengenai kesepakatan AEC sebagai peluang usaha dan kesadaran
serta pemahaman mengenai program AEC
merupakan salah satu usaha mempersiapkan pengusaha dan UMKM Jombang untuk
menuju ke siap menghadapi AEC. Seperti yang dikatakan oleh Rusiah (kasi bidang
perdagangan Disperindag Jombang) bahwa
“kendala
terbesar juga ada pada pengusaha-pengusaha kita di Jombang mas, cara pandang
atau orientasi yang masih tergolong tradisional masih banyak yang
dipertahankan. Jadi kegiatan mereka kebanyakan hanya memproduksi dan memenuhi
pesanan, ya akan ada banyak keuntungan bagi usaha yang sudah memiliki pasar
yang luas tapi kalau yang belum akan tertinggal jauh sama pesaing lain ketika
persaingan bebas dimulai”.
Dari komentar kasi bidang
perdagangan Disperindag Jombang, membuktikan bahwa mengubah mind-set
bagi pengusa-pengusaha Jombang sangat diperlukan unuk menghadapi persaingan
bebas nanti. Karena dalam beradaptasi dengan era globalisasi peran mind-set
sangat penting bagi perkembangan UMKM Jombang.
Agar siap
menghadapi persaingan pengusaha dan UMKM Jombang butuh mempesiapkan beberapa
faktor :1. Peran pemeintah, 2. Promosi dan inovasi, 3. Dukungan financial, 4.
Strategi pemasaran, dan 5. Membangun kemitraan (Abdullah, 2010).
Gambar 1. Peta Konsep Kesiapan UMKM Menghadapi AEC
1.
Kesiapan Pemilik UMKM
a.
Kesiapan Pemilik UMKM dalam mengetahui, memahami dan
mampu membuat peluang dalam persaingan.
Peran penting akan di usung oleh pemilik UMKM pada era
AEC. Mempersiapkan usaha dari berbagai lini merupakan peranan pemilik uasaha
dalam mempersiapkan menjelang era AEC. Mempersiapkan usaha mulai dari kualitas
produk, pangsa pasar, mempersiapkan modal, inovasi hingga packing. Oleh
sebab itu Kesiapan usaha akan tercermin dari kesiapan pemilik usaha.
Bagi pengusaha tentunya
sudah tidak asing lagi mengenai wacana tentang ASEAN Economic Community
(AEC). Menegetahui wacana tentang AEC
merupakan salah satu langkah untuk mempersiapkan diri dan usaha-nya. Seperti
yang dikatakan Muslim (selaku kepala bidang UMKM di Dinas Koperasi Jombang)
“untuk tahap awal kita mengenalkan kepada pengusaha Jombnag mengenai wacana
adanya perdagangan bebas yang akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015”. Dari sini membuktikan bahwa mengetahui
tentang adanya perdagangan bebas antara masyarakat ekonomi ASEAN sangat
mempengaruhi kesiapan bagi para pengusaha Jombang.
Tabel 2 : Banyak pelaku UMKM manik-manik yang mengetahui AEC
Nama UMKM
|
Mengetahui AEC
|
Sumber Informasi Mengenai AEC
|
|
Sosialisasi
|
Media Masa
|
||
Beads
Flower
|
√
|
√
|
√
|
Griya
Manik
|
√
|
√
|
√
|
TATA
|
√
|
√
|
√
|
Anggun
|
√
|
X
|
√
|
Bintang
|
√
|
X
|
√
|
Dian
Art
|
√
|
√
|
√
|
Krista
Jaya
|
√
|
X
|
√
|
Roisah
|
X
|
X
|
X
|
Akbar
Manik
|
X
|
X
|
X
|
Eka
Jaya
|
X
|
X
|
X
|
Mujur
|
X
|
X
|
X
|
Mengetahui perjanjian
perdagangan bebas antar negara ASEAN merupakan langkah awal bagi para
pengusaha. Dengan mengetahui akan adanya
perdagangan bebas pada akhir tahun 2015, dapat membuat pengusaha manik-manik
Jombang mempersiapkan diri dan UMKM yang dikelola agar siap dalam menghadapi
kelompok masyarakat ekonomi ASEAN. Dari 11 UMKM manik-manik di Kab. Jombang,
masih terdapat empat UMKM yang belum mengetahui mengenai kelompok masyarakat
ekonomi ASEAN. Sejatinya mereka bukan tidak tau, hanya saja tidak memahami apa
yang dimaksud dengan kelompok masyarakat ekonomi ASEAN. Banyak pengusaha
manik-manik Jombang yang tidak mengetahui bila di tanya dengan pertanyaan
mengenai MEA atau-pun AEC, namun bila di jelaskan MEA atau AEC itu merupakan
persaingan bebas antar negara hampir semua pengusaha mengetahuinya. Ada juga
pengusaha yang tidak mengetahui perdagangan bebas atau AEC namun telah memiliki
pelanggan di luar negeri khususnya Malaysia. seperti yang di ungkapkan oleh
Srianah pemiliki UD. Anggun:
“Saya belum
mengetahui tentang MEA mas, tapi kalau perdagangan bebas-kan sudah lama ada???.
Buktinya udah banyak produk-produk cina yang di impor ke Indonesia. memang
pesaing terbesar manik-manik Gudo itu manik-manik dari Cina, walau kualitas-nya
bisa bersaing tapi kalau soal inovasi produk cina-an ndak bisa mas, karena
disini produksinya menggunakan tangan jadi bisa memberi inovasi dan kreasi pada
produknya, tapi kalau produk cina-an itu menggunakan mesin, jadi ndak bisa seperti
produk manik-manik Gudo”.
Dari ungkapan diatas menunjukan bahwa UD. Anggun belum
mengetahui tentang program yang diusung pemerintah yakni perjanjian AEC.
akantetapi dia sudah tau melaui kebiasaan atau sesuatu yang telah terjadi yang
pernah dialami seperti adanya ACFTA, dari itu ia mengetahui mengenai persaingan
baik itu antar pengusaha dalam negeri maupun ancaman-ancaman dari produk-produk
dari negara Cina.
. Selain itu, Para pengusaha
manik-manik Jombang secara tidak sadar telah mempelajari soal persaingan dalam
dunia perdagangan. Karena kebanyakan pengusaha telah mampu menganalisis
kekuatan dan kekurangan produk yang diproduksinya. Seperti yang dikatakan Suloso pemilik UD.
Griya Manik mengatakan
“Melihat
adanya persaingan bebas, saya lihat ada dua dampak, yang pertama dampak positif
yang kedua dampak negatif. Positif-nya
dengan adanya perdagangan bebas akan membawa buyer-buyer dari
negara lain masuk ke Indonesia, kan pada persaingan bebas buyer bisa bebas
keluar masuk ke negara lain. Selain itu dampak positif-nya kita akan
menghasilkan produk-produk yang memiliki kualitas Internasional karena kalau
tidak, produk-produk dalam negeri akan tertinggal jauh. Kalau dapak negatifnya
ya, akan ada banyak pesaing-pesaing lain, dan bisa-bisa membuat produk kita
ndak laku di pasar-an.
Telah tergambarkan mengenai mind-set
pengusaha manik-manik Jombang yang mampu menganalisis kemampuan mereka. Pengusaha
manik-manik Jombang mampu menangkap peluang dari program pemerintah mengenai
komunitas masyarakat ekonoami ASEAN. Dengan ini dapat dijadikan sebuah modal
untuk mempersiapkan mengenai apa yang akan dilakukan pengusaha-pengusaha
manik-manik Jombang pada usahanya untuk mempersiapkannya dalam menghadapi
menghadapi AEC.
Belum semua pengusaha
manik-manik mengetahui dan memahami tentang AEC. Melihat tabel 2 , menunjukkan
bahwa tidak semua UMKM Manik-manik mendapatkan sosialisasi dari pemerintah
terlihat masih terdapat 4 (empat) pengusaha yang belum mengetahui, dan ada 3
(tiga) pengusaha yang tahu namun melaui media masa untuk mendapatkan informasi
tentang program ASEAN Economic Community (AEC). Dari data ini dapat terlihat bahwa belum
sampai menyeluruh program sosialisasi pemerintah kepada seluruh
pengusaha-pengusaha di Jombang khususnya pada UMKM manik-manik Jombang.
b.
Upaya- Upaya Dalam Membangun Jaringan
Dalam upaya pengembangan
usahanya, pemilik UMKM dituntut untuk mengembangkan dan memperbanyak membangun
jaringan. Persaingan kelompok masyarakat ekonomi ASEAN akan sangat membutuhkan
peranan jaringan yang dimiliki oleh pengusaha. Seperti yang dikatakan Winarko
(anggota bidang UMKM dinas Koperasi dan UMKM Jombang) mengatakan:
“Di Jombang
ini udah terbentuk beberapa kelompok usaha, seperti Permamin atau Perusahaan
makanan dan minuman, ada juga APKJ atau Asosiasi Pengusaha Kerajinan Jombang,
ada lagi di Desa Gambang namanya APMA atau Asosiasi Pengusaha Manik-Manik.
memang dari pemerintah menganjurkan untuk membentuk kelompok-kelompok usaha,
yang tujuannya agar dalam kelompok itu mereka saling tukar pikiran, saling
mempromosikan satu sama lain. Kelompok-kelompok juga akan sangat dibutuhkan
ketika akan menghadapi persaingan dari negara lain, sepeti yang akan dihadapi
yaitu MEA. Dengan adanya kelompok usaha, pemerintah juga tidak akan sulit
ketika akan memberikan informasi baik sosialisasi mengenai MEA ataupun
pelatihan dan bazar.”
Dari argumentasi yang di
utarakan oleh Winarko membuktikan dengan kelompok-kelompok kecil pengusaha akan
dibantu dalam pengembangan usaha mereka. Karena dengan adanya kelompok usaha
atau kumpulan para pengusaha akan mempermudah bagi setiap pengusaha yang berada
didalamnya untuk mendapatkan informasi-informasi terbaru tentang perkembangan
masa. Selain mendapatkan informasi mengenai perkembangan masa, dengan membentuk
kelompok usaha akan mempermudah pengusaha dalam mendapatkan bantuan-bantuan
dari pemerintah, baik itu berupa pelatihan, bazar dan atau bantuan peralatan.
Dengan ikut serta dalam
kelompok usaha, akan membantu pemilik UMKM manik-manik agar dapat membuka
jaringan keluar dari daerah mereka. Selain membuat kelompok usaha antar
pengerajin manik-manik gambang, banyak dari pemilik UMKM manik-manik masuk
dalam anggota kelompok usaha dalam lingkup Kab. Jombang. Seperti yang dikatakan
oleh ketua Asosiasi Pengusaha Kerajinan Jombang (Suloso);
“kalau bilang
siap atau tidak dalam menghadapi persaingan UMKM yang ada di Indonesia dengan
negara lain, ya hasus siap mas. Di Indonesia itu banyak UMKM, di Jombang aja
ada banyak jenis UMKM, dari bidang makanan dan minuman, kerajinan, mebel. Tapi UMKM di luar sana udah banyak yang
menggunakan mesin, mungkin itu yang akan membuat UMKM luar lebih unggul. Maka
dari itu biar UMKM Jombang kuat, dibentuklah asosiasi pengusaha Jombang. dalam
asosiasi ini kami selalu saling memberi info, terkadang juga tempat ajang
curhat masalah usahanya mas, ya biasanya yang ngasih masukan itu dari
pengusaha-pengusaha yang lebih senior seperti pak rozak pengerajin limbah kayu.
Biasanya untuk pertemuannya kami jadwalkan satu bulan sekali. Ya untuk
pembahasannya macam-macam, Sesuai dengan kondisi yang ada mas.”
Argumen yang telah
dipaparkan oleh ketua APKJ sekaligus wakil ketua dari APMA, memberi gambaran
upaya memperkuat dan mempersiapkan UMKM dalam menghadapi persaingan MEA serta
jalan untuk membuka jaringan melalui asosiasi atau komunitas pengusaha. Wadah
untuk tempat bertemu atau berkomunikasi para pengusaha memang sangat membantu
dalam mengembangkan jaringan dan usaha. Dengan adanya pertemuan yang di lakukan
di wadah tersebut akan memberi kesempatan bagi seorang pengusaha untuk
melakukan membandingkan dan mempelajari usaha dari rekan sejawatnya. Mencari
masukan baik dalam bidang pemasaran, bentuk dan model dari packing produk.
Selain itu juga dengan ikut dalam wadah perkumpulan pengusaha akan memiliki partner
usaha yang nantinya mereka juga akan mengembangkan pangsa pasar atau
mempromosikan di sekeliling mereka. Dikarenakan model promosi atau penawaran
produk kepada konsumen di Indonesia, yang paling kuat iyalah promosi melalui
mulut ke mulut.
Namun belum semua pengusaha
manik-manik yang ikut dan terdaftar sebagai anggota pada APKJ. Seperti yang
dikatakan oleh Pujiono pemilik UD. Tata;
“ndak ikut
mas, saya ikut di asosiasi pengusaha manik-manik saja. Paling kalaupun ikut ya
begitu-gitu aja mas. Ya, memang akan mempermudah kalau mau dapat bantuan dari
pemerintah. Namun kadang saya sendiri ndak punya waktu untuk menghadiri setiap
acara. Kadang saya juga ndak bisa ikut acara pemerintah seperti pameran atau bazar,
ya kendalanya karena ndak ada orang yang jaga di standnya mas.”
Lanjut Pujiono:
“iya gini
mas, memang membuka jaringan sangat penting bagi pengusaha, tapikan ndak harus
ikut di asosiasi. Apalagi zaman sekarang, untuk membuka pasar lebih mudah, udah
bisa lewat internet atau BBM juga bisa. Biasanya saya manfaati facebook sama
BBM aja mas. Untuk website juga bisa mas, dulu saya punya tapi sekarang
kayaknya udah tidak bisa di buka lagi, ya maklum mas gak di openi websitenya.”
Dari argumentasi Pujiono membuka
wawasan bagi peneliti bahwa pengusaha memiliki banyak cara dalam membuka
jaringnan ke pasar yang akan dituju oleh pengusaha itu. Dengan mengikuti
beberapa komunitas, organisasi ataupun asosiasi memang sangat membantu untuk
mengembangkan dan memperluas jaringan maupun wawasan, namun bagi Pujiono tidak
hanya dengan mengikuti organisi saja untuk membuka jaringan, dengan
memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia di zaman moderen ini akan sangat
membantu membuka jaringan pasar. Dengan memanfaatkan kecangihan teknologi
sosial media Pujiono mencoba untuk membuka jaringan atau relasinya. Melihat
BlackBarry Messenger (BBM) sangat buming di masyarakat dan tidak melihat usia
lantas Pujiono memanfaatkan media sosial BBM sebagai sarana baginya untuk
membuka relasi dengan meyediakan kode pin (754556FE/763B819) pada kartu nama
yang diberikan kepada konsumen sasarannya.
2.
Kekuatan Internal
a.
Kemampuan Modal Dalam Memproduksi Di UMKM Manik-Manik
Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan
proses produksi. Pengertian
modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “modal usaha adalah uang yang
dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya;
harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk
menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan”. Dari penegertian diatas, tidak
ada proses usaha berjalan tanpa adanya modal. Banyak pengusaha yang gagal
berkembang dikarenakan kekurangan modal. Seperti yang dikatakan Warjianto salah
satu karyawan Suloso (UD. Griya Manik):
“Saya kerja
ikut pak Suloso udah 10 tahun-an mas, dulu sebelum ikut orang saya juga punya
sendiri. Jadi saya buat manik-manik sendiri, ya masarkan sendiri. Memang dulu
hampir semua masyarakat desa buat sendiri-sendiri tapi ada beberapa kendala
yang bikin mereka tidak bisa melanjutkan usahanya. Walau buat manik-manik gag
butuh modal banyak tapi lama-kelamaan modal besar ternyata sangat dibutuhkan.
Karena hampir rata-rata pelanggan yang ada di bali belinya nggak bayar dimuka
tapi bayar di belakang, jadi salah satu yang membuat saya lebih milih ikut
orang ya itu, masalah modal mas.”
Dari argumentasi Warjianto memperlihatkan bahwa modal
sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan usaha. Untuk memulai usaha tidak
membutuhkan modal besar, namun dalam hal membesarkan dan mengembangkan usaha
inovasi dan modal sangat dibutuhkan. Sistem penjualan yang dilakukan oleh
pengusaha manik-manik menggunakan sistem bayar dibelakang, walau tidak semua
pengusaha manik menggunakan sistem yang sama. Dengan menggunakan sistem seperti
itu, akan sedikit mempersulit bagi pengusaha-pengusaha kecil, karena pengusaha
kecil membutuhkan uang untuk diputar menjadi modal kembali.
|
No
|
Nama UMKM
|
Kerjasama BANK
|
1
|
Beads
Flower
|
Ya
|
2
|
Griya
Manik
|
Ya
|
3
|
TATA
|
Ya
|
4
|
Anggun
|
Ya
|
5
|
Bintang
|
Ya
|
6
|
Dian
Art
|
Ya
|
7
|
Krista
Jaya
|
Tidak
|
8
|
Roisah
|
Tidak
|
9
|
Akbar
Manik
|
Tidak
|
10
|
Eka
Jaya
|
Tidak
|
11
|
Mujur
|
Tidak
|
Dari tabel diatas, memberikan informasi mengenai
kekuatan modal (uang) pada UMKM manik-manik Gambang. Dari sebelas (11) UMKM
Manik-manik terdapat hanya ada Enam (6) UMKM yang memanfaatkan atau menjalankan
kerjasaa kepada pihak BANK. Lima (5) UMKM lainnya tidak menjalankan kerjasama
kepada pihak BANK. Dari tabel itu juga dapat dilihat terdapat 6 UMKM yang bisa
dikatakan lebih besar dari UMKM lainnya. Tidak lain karena bantuan dari kuatnya
kekuatan modal (uang) mereka. Banyak hal yang dapat memunculkan persepsi untuk
tidak melakukan pinjaman uang atau menjalankan kerjasama dengan pihak BANK,
salah satunya dikarenakan bunga yang tinggi. Seperti yang dikatakan Hendrik (pemilik Krista Jaya):
“nah,
tantangan saya ada di modal mas, karena butuh modal besar biar bisa memproduksi
banyak. Kadang kalau ngirim bulan ini ke distributor belum tentu langgsung
dibayar, bisa jadi pada waktu pengiriman kedua ataupun pengiriman yang ketiga
baru dibayar. Jadi tantangan yang cukup berat buat saya di memutarkan uang
untuk jadi modal mas. Pernah juga di tawari BANK untuk minjam uang, tapi saya
yang nggak berani ngambilnya, hampir rata-rata bunga yang di kasih tinggi semua
mas, jadi saya pikir yang mending ndak usah pinjam uang di bank.”
Argumentasi yang dikatakan Hendrik dapat memberikan
gambaran mengenai keputusannya untuk tidak menggunakan jasa BANK dalam membantu
dalam permodalannya. Masih banyak pengusaha UMKM yang belum berani mengambil
keputusan untuk menggunakan jasa BANK dalam urusan memperkuat modal. Padahal,
banyak program BANK yang diperuntukan
pengusaha UMKM guna meningkatkan daya saing UMKM Indonesia. Mendekati
persaingan global Pemrov Jatim mempersiapkan UMKM Jatim, dengan membuat program
standarisasi produk, pembinaan UMKM melalui kemudahaan akses modal (BANK
UMKM). Banyak informasi yang butuh
diperbarui dan di perkaya lai bagi pengusaha-pengusaha manik-manik agar
mempermudah bagi mereka dalam mengembangkan usahanya.
b.
Strategi Pemasaran yang dilakukan UMKM manik-manik
Sebagaian besar dari pengusaha UMKM manik-manik
berpendapat bahwa marketing atau pemasaran adalah jualan, padahal pengertian
pemasaran bukan hanya sebatas jualan atau menjual barang. Pada dasarnya pemasaran
merupakan strategi yang harus dipikirkan oleh pelaku usaha dalam mengupayakan
guna menguasai pangsa pasar. Kalau defenisi pemasaran menurut Philip Kotler
(2004,81) ialah pola pikir pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
pemasarannya.
Dalam hal ini,
walau secara lafal banyak pengusaha manik-manik Jombang mengartikan pemasaran
adalah sebatas menjual produk, namun dalam prakteknya pengusaha manik-manik
telah menerapkan strategi pemasaran. Strategi-strategi itu terbagun dengan
tanpa adanya konsep atau pola pikir pemasaran seperti yang di utarakan. Bisa
dikatakan konsep strategi pemasaran yang dibangun oleh kebanyakan pengusaha
manik-manik Jombang adalah alamiah, maksud secara alamiah ialah strategi
pemasaran dengan menggunakan prinsip menyediakan produk kemudian menawarkan
kepada konsumen tanpa memilah pasar dan konsumen. Seiring perkembangan usaha,
pengusaha manik-manik kaca membangun pola pemasaran yang dilandaskan pada
pengalaman penjualan produk.
Muslim (Kasi bidang UMKM Dinas Koperasi dan UMKM
Jombang) berargumen tentang pemasaran yang harus di terapkan dalam menghadapi
persaingan bebas bahwa
“pada akhir
tahun 2015 nanti akan dimulai perdagangan yang seakan-akan tanpa ada pembatas.
Pertanyaan paling mendasar memang seputar siapkah pengusaha-pengusaha Indonesia
khususnya Jombang?. kami selalu mengupayakan agar pengusaha-pengusaha Jombang
siap dalam menghadapi pasar bebas, namun itu juga butuh peran dari pengusaha
itu sendiri. Seperti mulai mempersiapkan segmen pasar yang di tuju, kualitas produk,
penentuan harga hingga cara promosi yang dilakukan. dengan adanya pentuan
segmen pasar hingga cara mempromosikan produk, akan membantu pengusaha Jombang dalam
bersaing di pasar bebas nanti”.
Dalam dunia
usaha hal yang paling dibutuhkan ialah pemasaran. Cara atau strategi pemasaran
sangat berperan penting dalam bagi pengusaha untuk meningkatkan daya saing
usahanya. Seperti yang diutarakan oleh Muslim selaku Kasi bidang UMKM di Dinas
koperasi dan UMKM Jombang, ia menekankan bagi pengusaha-pengusaha Jombang telah
mampu memilah pasar yang dituju untuk produknya, meningkatkan kualitas produk
dan melakukan promosi-promosi produk guna memperkenalkan produknya kepada
masyarakat.
1)
Penentuan Pasar
Penentuan pasar merupakan syarat utama dalam
menjalankan dan mengembangkan usaha. Banyak ahli ekonomi mengatakan dalam
memulai usaha pengusaha harus telah memiliki pandangan pasar mana yang akan di
tuju olehnya. Seperti yang dikatakan oleh Ipan Pranashakti (Konsultan UKM/UMKM
untuk pemberdayaan melalui pemanfaatan internet) mengatakan dalam tulisannya
mengenai Dasar marketing bahwa “pengusaha harus memilih yang tepat mana
bagian tertentu, pasar mana saja yang akan dilayani, semua ini agar fokus”. Namun
berbeda dengan pengusaha manik-manik kaca di Jombang. Pada dasarnya pengusaha
manik-manik kaca Jombang mendirikan usaha dikarenakan beberapa fakor yaitu: 1.
Karena banyak kerabat dan teman mendirikan usaha yang sama, 2. Tidak
membutuhkan modal yang besar dan, 3. Memiliki kemampuan. Jayadi (seorang
pedagang Nasi Goreng di desa Gambang) mengatkan
“Dulu penduduk
desa sini mayoritas pengerajin manik-manik. hampir semua penduduk bisa
memproduksi manik-manik. lah cuma butuh kompor aja, untuk melelehkan kaca, jadi
banyak yang membuat usaha manik-manik termasuk saya. Tapi ndak semua penduduk
bisa meneruskan usahanya sampai sekarang. Hanya yang punya modal yang cukup
banyak agar modalnya bisa di putar untuk membangun usahanya, sama orang yang
punya jaringan di bali dan kalimantan saja yang bisa bertahana sampai sekarang”.
Dapat tergambarkan, bahwa
mayoritas pengusaha manik-manik pada awalnya membangun usahanya dilandasi dengan asumsi bahwa membuat manik-manik tidak
membutuhkan modal yang cukup besar. maka tidak heran bila banyak pengusaha yang
tidak mampu meneruskan usahanya, karena belum mengerti pangsa pasar yang
dituju. Faktor modal dan jaringan juga sangat membantu agar mampu mengembangkan
usaha. Karena dalam upaya memenuhi pesanan konsumen membutuhkan modal yang
cukup besar agar uang tersebut dapat diputar kembali menjadi produk.
Seiring perkembangan usaha manik-manik dan setelah
mengalami perjalanan dalam membangun usaha, pengusaha manik-manik-pun mulai
mampu memetakan pasar yang akan di jamah oleh produknya. Dengan memetakan pasar
dapat mempermudah bagi pengusaha manik-manik dalam menyalurkan produknya kepada
konsumen. Jadi pasar yang di tuju oleh pengusaha manik-manik kaca Jombang ialah
masyarakat moderen dan tradisional, remaja, anak-anak hingga wanita dewasa.
Produk-produk yang dihasilkan untuk memenuhi permintaan pasar berupa: kalung
dan gelang adat istiadat, kalung dan gelang (perhiasan), bros, asesoris jilbab
hingga hiasan pada interior seperti hiasan gordin,tempat tidur, kursi sampai
lampu. Suloso mengatakan bahwa
“Pasar saya
sudah terbangun sejak tahun 2005. Memang awalnya saya harus mondar-mandir nyari
pasar, mulai tahun 2000 sampai 2005 saya masih sering bolak-balik ke bali dan
kalimantan, untuk memasarkan produk. Hingga saat ini pasar tempat saya
menyalurkan produk saya sudah menjadi distributor tetap ada di kalimantan, bali
dan kadang-kadang ke Jakarta juga ke Batam”.
Pangsa pasar pengusaha
manik-manik hingga saat ini pada wilayah Jombang, Kalimantan, Bali, Batam dan
Jakarta. Dimana setiap pengusaha manik-manik memiliki distributor di setiap wilayah yang menjadi pangsa pasar.
Dalam hal ini, pengusaha manik-manik berperan sebagai suplayer produk
yang akan di suplay ke setiap wilayah melalui distributor.
Tabel.4: Pemetaan Pasar Manik-manik
Jombang
Nama UMKM
|
Wilayah Pemasaran
|
Jenis produk yang di pasarkan
|
Beads
Flower
|
Jombang,Jakarta,bali,
kalimantan, dan batam.
|
Perhiasan
upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris moderen
lainnya
|
Griya
Manik
|
Jombang,bali,
kalimantan, papua dan batam.
|
Perhiasan
upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
|
TATA
|
Jombang,
Jakarta Bali dan Kalimantan
|
Perhiasan
upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
|
Anggun
|
Jombang,
Bali dan Kalimantan
|
Perhiasan
upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
|
Bintang
|
Jombang,
Bali dan Kalimantan
|
Perhiasan
upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
|
Dian
Art
|
Jombang,
Bali dan Kalimantan
|
Perhiasan
upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
|
Krista
Jaya
|
Jombang,
Bali dan Kalimantan
|
Perhiasan
upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
|
Roisah
|
Kalimantan,
Jakarta dan Malaysia.
|
Perhiasan
upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris adat
|
Akbar
Manik
|
Jombang
dan Bali
|
Perhiasan
upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
|
Eka
Jaya
|
Jombang
dan Kalimantan
|
Perhiasan
upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
|
Mujur
|
Jombang
dan Kalimantan
|
Perhiasan
upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
|
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pengusaha
manik-manik kaca memeliki segmen pasar yang cukup luas. Hampir semua segmen
masyarakat adalah tujuan dari UMKM manik-manik. baik masyarakat menengah keatas
maupun masyarakat menengah kebawah, selain itu, sasaran pengusaha manik-manik
tidak terbatas oleh umur. Karena UMKM manik-manik menyediakan produk yang dapat
di nikmati dari seiap kalangan masyarakat. Pasar pengusaha manik-manik lebih
besar pada kalimantan dan bali, karena sasaran atau masyarakat pada wilayah
tersebut lebih mengemari manik-manik untuk diajadikan perhiasan. Seperti pada
kalimantan, kalimantan terkenal dengan adat dayaknya, dimana adat masyarakat
dayak di Kalimantan masih sangat kental, lain ddari itu, manik-manik yang
berbentuk kalung merupakan salah satu peninggalan adat dari dayak. Sedangkan di
wilayah Bali, dikarenakan Bali merupakan salah satu pulau yang dijadikan tempat
obyek wisata terbesar di Indonesia. tidak hanya masyarakat Indonesia masyarakat
luar negeri juga memnuhi keindahan pulau dewata itu. Oleh sebab itulah, Bali
menjadi tempat favorit bagi pengusaha manik-manik untuk memasarkan produknya.
2)
Produk
Dalam penetuan produk yang akan diproduksi pengusaha
harus menentukan target pasar yang akan dituju. Setelah memetakan segmen pasar,
dan langkah selanjutkan ialah menetukan produk yang akan di tawarkan. Dalam
strategi pemasaran produk merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh
pengusaha/produsen. Produk merupakan usaha yang dilakukan oleh pengusaha untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Kualitas, kreatifitas dan inovasi merupakan
tumpuhan utama bagi pengusaha dalam memproduksi agar dapat menguasai pasar.
Dalam upayanya menguasai pangsa pasar,
pengusaha-pengusaha manik-manik Jombang selalu menjaga dan meningkatkan
kualitas produk. Lebih selektif dalam memilih bahan baku merupakan langkah awal
dalam usaha menciptakan produk yang memiliki kualitas tinggi. Selain bahan
baku, campuran yang digunakan untuk memberikan warna pada manik – manik juga
mempengaruhi hasil yang didapat. Dengan usaha – usaha yang telah dilakukan
dapat mempersiapkan produknya agar mampu bersaing dengan produk – produk negara
ASEAN.
Pengusaha manik-manik dituntut menciptakan
produk-produk yang di inginkan dari setiap daerah sebagai pangsa pasarnya.
Seperti yang dikatakan Suloso
“Dengan adanya persaingan bebas nanti, jadinya saya
harus lebih meningkatkan
kualitas. Kalau ndak begitu jelas produk-produk kita kalah dengan produk yang
lain. Kalau bahan baku dari pembuatan manik-manik ini sama, tapi banyak yang
berbeda pada proses penyelesaiannya, kebanyakan pekerja itu terlalu
terburu-buru untuk menyelesaikannya, nah dari segi itu yang saya tingkatkan
agar mendapatkan kualitas yang baik. Tapi kualitas
aja pun tidak cukup untuk bisa bersaing dengan produk lain. Maka mau ngak mau
pengerajin manik juga harus bisa membuat motif dan model yang lebih menarik,
agar lebih banyak yang tertarik dengan produk manik-manik.”
Dengan
argumentasi suloso menerangkan, telah mempersiapkan produknya agar mampu
bersaing. Baik mempersiapkan kualitas produknya agar mampu menghasilkan
produk-produk yang berkualitas tinggi. Selain itu suloso juga berpandangan
mengembangkan inovasi merupakan hal yang harus di kerjakan, agar produk manik-manik
Jombang mampu menguasai pasar.
Untuk saat produk manik-manik yang dihasilkan dari
olahan limbah kaca berupa asesoris baik itu asesoris kelengkapan adat maupun asesoris
moderen. Dengan membentuk manik-manik menjadi sebuah asesoris yang unik dan
cantik, merupakan salah satu modal kekuatan bagi pengerajin manik-manik dalam
upayanya menguasai pangsa pasar. Selain itu para pengerajin juga menerima
pesanan yang mana modelnya terserah pemesan, namun untuk dapat memesan sesuai
dengan model yang diinginkan pembeli harus memesan dalam jumlah banyak.
Pada gambar 3, adalah produk yang khusus diproduksi
untuk wilayah kalimantan yang masih kental dengan budaya adat-nya. Mazkiyah
pemilik UD. Roisah mengatakan:
“saya memproduksi khusus produk-produk
yang dibutuhkan dari adat dayak, seperti tali pinggang dayak gorengan untuk kalung
mereka. Dari dulu yang melayani pesanan yang gituan ya berawal dari saya mas.
Dulu awalnya yang memesan manik-manik ya dari orang kalimantan makanya relasi
di kalimantan saya punya banyak.”
Dari beberapa data diatas,
menunjukkan bahwa manik-manik Jombang tidak hanya menyediakan produk yang
sasarannya pada pasar moderen saja, namun untuk keperluan adat istiadat atau
orang-orang yang masih memegang teguh adat istiadatnya.
3)
Menejemen Harga
Upaya menjadikan produk unggulan di masyarakat tidak
cukup hanya dengan kulitas yang baik namun harus didukung dengan harga yang di
bandrol sesuai dengan kemampuan masyarakat. Pengaruh harga dalam memasarkan
produk di masyarakat sangat mempengaruhi. Seperti yang dikatakan oleh Sriyanah
(pemilik UD. Anggun) mengenai penetapan harga yang di tawarkan kepada
masyarakat seperti berikut:
“Terkadang untuk menetukan harga saya
kesulitan, mungkin hampir semua pemilik UMKM juga kesulitan menetukan harga.
Karena kalau pengusaha salah menetapkan harga di pasar bisa-bisa kalau ngak
rugi ya barangnya ndak laku. Kalau saat ini kaya produk-produk yang berbentuk
asesoris seperti bros, saya patok harganya Rp. 1000/biji, tapi kalau langsung
perrenteng harganya bisa Rp5000 s.d. Rp9000-an, untuk penetuan harga juga
tergantung tingkat kesulitan merengkai dan motifnya, nah kalau yang biasa
dikirim ke Bali itu masih berupa
manik-manik, perenteng berbentuk kalung itu harganya Rp1000 s.d.
Rp5000/rentengnya.”
Suloso (UD. Griya Manik)
memberi tanggapan perihal penentuan harga sebagai berikut:
“Manik-manik
yang ada di Desa Gambang memiliki kesamaan, mulai dari bahan baku, peralatan
jadi hasilnya pun tidak jauh beda. Begitu juga kalau soal harga. Untuk
penetapan harga di sini memang sangat bersaing, kalaupun beda hanya berbeda
sedikit kadang beda karena membedakan harga eceran dengan grosiran.”
Lanjut suloso dalam
argumennya;
“Memang untuk menetapkan harga itu susah-susah mudah. karena kita
mencoba menyesuaikan keinginan konsumen, sedangkan konsumen ada yang
beranggapan harga murah itu enggak awet, ada yang nyari harga murah, nah kadang
untuk menyikapi itu lumayan sulit mas.”
Argumentasi-argumentasi dari pengusaha manik-manik mengenai penentuan
harga, menunjukan masih ada kesulitan dalam penetapan
harga. Bukan dikarenakan tidak mampu mengihtung antara pengeluaran atau
kebutuhan produksi, namun sulitnya dalam menyikapi prilaku konsumen. Dengan
kondisi masyarakat yang heterogen akan mempersulit produsen dalam menentukan
harga. Seperti yang dikatakan oleh Vablen dalam buku Ekonomi Politik
(Deliarrnov:2006) menurut veblen, pada kenyataan ada juga sekelompok orang
yang tidak rasional, yang justru lebih tertarik membeli suatu barang karena
harganya mahal. Dari argumentasi veblen menerangkan tidak setiapkali
produk yang di bandrol dengan harga yang murah akan mebuat konsumen memilih
untuk membelinya. Namun beberapa konsumen memiliki kepercayaan bahwa dengan
harga yang mahal ia akan mendapatkan produk yang memiliki kualitas tinggi.
Disisi lain, pengusaha manik-manik memiliki
kepercayaan diri bila membahas soal harga. Karena produksi manik-manik terbesar
di Indonesia hanya di Kab. Jombang. Dengan kata lain, bila membahas soal harga
antara pengusaha manik-manik di Gambang akan sangat bersaing, karena antar
pengusaha berupaya mencari konsumen. Maka setiap pengusaha selain berupaya
membuat kualitas yang terbaik, juga memberanikan diri untuk mengambil
keuntungan yang tidak banyak. Selain itu tidak ada derah di Indonesia dan luar
Indonesia yang menjadi pusat pengerajin manik-manik kaca. Saat ini pesaing dari
Manik-manik kaca Jombang ialah produk-produk dari cina. Walau lebih menarik
namun tidak terbuat dari kaca. Achmad pemilik UD. Mujur menyampaiakan argumen:
“kalau masalah
pesaing mungkin produk cinaan aja mas. Ya, yang produknya itu
agak bening-bening. Tapi kalau menurut saya ndak mungkin bisa nerima pesanan
yang kaya disini, pesen sedikit terus motif dan modelnya juga bisa sesuai
dengan pemesan. Kareana produk yang cinaan itu buatan pabrik Selain itu harga-harga yang di patok disini lebih murah jadi
saya pikir masih bisalah untuk bersaing.”
Dari argumentasi Achmad
memberi tanda bahwa pengusaha manik-manik memiliki kepercayaan lebih bila saat
persaingan bebas dimulai. Dengan mematok harga lebih murah dari yang lain,
kualitas tinggi dan desain bisa dipesan sesuai dengan keingian pemesan menambah
kepercayaan diri pengusaha manik-manik dalam menghadapi persaigan bebas nanti.
4)
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki UMKM
Manik-manik
Dalam dunia persaingan yang semakin ketat, peran
sumber daya manusia yang berkualitas sangatlah berpengaruh bagi setiap UMKM. Sebab
tenaga kerja Indonesia akan sangat tajam. Dimana pekerjaan yang semakin berat
dan komplek akan membutuhkan tenaga kerja yang sangat profesional dan
berkemampuan tinggi dalam banyak aspek. Disamping itu banyak bermunculan
perusahaan-perusahaan dengan produk yang sama. Salah satu kunci sukses
keunggulan dalam persaingan adalah perusahaan memiliki tenaga kerja yang
produkif, berkualitas dan bekerja dengan efektif (Danang, 2015).
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan
memiliki kreatifitas tinggi juga sangat dibutuhkan oleh UMKM Manik-maik kaca
Jombang. Kemampuan memanfaatkan kecangihan teknologi, menejemen karyawan,
kreatifitas dalam mengolah produk, dan kecepatan dan ke tepatan dalam memproses
produksi, merupakan kemapuan-kemapuan yang dibutuhkan bagi pengusaha
manik-manik kaca Jombang.
Tabel 5: Penggunaan Kecangihan Teknomlogi
Nama UMKM
|
Memanfaatkan Kecanggihan teknologi
|
Keterangan
|
Beads
Flower
|
Website, e-mail searching
|
www.Beadsflower.co.id, beadsflower@plasa.com
|
Griya
Manik
|
Website, e-mail, facebook. Dan searching
|
www.javabeadshouse.com, poejosoeloso@yahoo.com, dan poejo
soloso
|
TATA
|
Blog, facebook, Blackbary messenger.
Dan searching
|
Manik2.blogspot.co.id, TATA MANIK MANIK dan 754556FE
|
Anggun
|
Blackbary messenger, dan searching
|
2A905457
|
Bintang
|
Searching
|
Pengguunaan hanya sebatas mencari model dan motif sebagai referensi
dalam menambah inovasi pada produk, dan perkembangan zaman.
|
Dian
Art
|
Searching
|
Pengguunaan hanya sebatas mencari model dan motif sebagai referensi
dalam menambah inovasi pada produk, dan perkembangan zaman.
|
Krista
Jaya
|
Searching
|
Pengguunaan hanya sebatas mencari model dan motif sebagai referensi
dalam menambah inovasi pada produk, dan perkembangan zaman.
|
Roisah
|
-
|
|
Akbar
Manik
|
Searching
|
Pengguunaan hanya sebatas mencari model dan motif sebagai referensi
dalam menambah inovasi pada produk, dan perkembangan zaman.
|
Eka
Jaya
|
Searching
|
Pengguunaan hanya sebatas mencari model dan motif sebagai referensi
dalam menambah inovasi pada produk, dan perkembangan zaman.
|
Mujur
|
-
|
|
Penggunaan dan pemanfaatan kecanggihan teknologi dan
informasi serasa telah diwajibkan oleh perkembangan zaman. Dari beberapa
pengusaha manik-manik terdapat banyak pengusaha yang belum mampu menguasi dan
memanfaatkan kemajuan Teknologi Informasi (TI). Kebanyakan dari pengusaha
manik-manik hanya memanfaatkan kecangihan teknologi dalam segi mencari
informasi baik untuk refernsi dalam menambah inovasi produk atau mencari
informasi mengenai perkembangan model-model asesoris saat ini. Salimah
(karyawan UD. Griya Manik) mengatakan:
“iya, ini asesoris untuk jilbab. Model-modelnya biasanya kita lihat di
majalah-majalah dan kadang juga dari internet. Tapi biasanya yang ngasih
modelnya itu dari bapak (suloso), kita hanya disuruh merangkai-nya saja.”
Pujiono
pemilik UD. TATA mengatakan:
“ya, kalau untuk searching sih sering mas, ya karena kita bisa
tahu tentang perkembangan model yang disukai masyarakat-kan dari internet lebih
mudah. kan ndak mungkin yang kita jual modelnya itu-itu aja, ya nggak
menariklah mas.”
Dari keseluruhan pengerajin manik-manik kebanyakan
mereka memproduksi manik-manik yang model dari produk mereka merupakan model
yang di butuhkan oelh masyarakat moderen. Namun tetap tidak meninggalkan atau
tidak berarti meninggalkan model tradisional. Jadi informasi perkembangan
model-model yang digemari sangat dibutuhkan. Seperti yang ada di UD. TATA
hampir setiap bulannya mereka selalu mengeluarkan model-model baru, dan selalu
berbagi informasi melalui sosial media seperti BlackBarry Messenger (BBM) dan
melaui Face Book (FB).
Namun dalam persaingan bebas nanti, tidak hanya harus
memiliki informasi yang banyak namun kekuatan internal juga harus kuat. Seperti
karyawan dan modal. Dari sekian banyak pengusaha manik-manik rata-rata mereka
memiliki karyawan lebih dari 5 orang. Hampir semua pengusaha tidak memiliki syarat-syarat
tertentu dalam melakukan penerimaan karyawan. Namun kebanyakan dari karyawan
sudah memiliki kemampuan untuk mengolah bahan baku menjadi manik-manik kaca.
Warjianto (karyawan UD. Griya Manik) mengatakan:
“saya disini sudah hampir 10 tahun-an mas, ya dari anak saya kecil sampe
sekarang udah SMA. Tapi sebelum saya ikut bapak (suloso) saya juga pernah ikut orang,
dan saya juga pernah mencoba buat sendiri, tapi modal saya yang belum cukup. Jadi
kalau dibilang mahir ya lumayanlah.”
Dari
pemaparan Warjianto, bahwa sebelum ia bekreja dengan Suloso di telah memiliki
pengalaman dalam membuat manik-manik kaca. Dilihat dari lama dan pengalaman
kerjanya pastinya dia sudah bisa dikatakan ahli dalam mengelolah dan membuat
manik-manik. Di Griya Manik dia di tempatkan sebagai pengolah limbah kaca untuk
dijadikan bahan bakal jadi manik-manik, dan tidak semua orang yang sudah bisa
melakukan pekerjaan ini. Dikarenakan pekerjaan ini membutuhkan pengalaman yang
besar dalam mengolah limbah kaca terutama dalam hal pencampuran bahan. Karena
bila ada yang salah dalam pencampuran bahan dan pewarna, hasil dari pengolahan
akan jelek/rusak dan tidak akan bisa diolah menjadi manik-manik.
Tabel 6: Data
Karyawan Pengerajin Manik-Manik
No
|
Nama UMKM
|
Sumber Daya Manusia
|
|
Banyak
Karyawan
|
Pengalaman
Kerja
|
||
1
|
Beads
Flower
|
≥
10 Karyawan
|
7-10
Tahun
|
2
|
Griya
Manik
|
≥
10 Karyawan
|
7-10
Tahun
|
3
|
TATA
|
≥
10 Karyawan
|
4-7
Tahun
|
4
|
Anggun
|
5-10
Karyawan
|
4-7
Tahun
|
5
|
Bintang
|
5-10
Karyawan
|
4-7
Tahun
|
6
|
Dian
Art
|
5-10
Karyawan
|
4-7
Tahun
|
7
|
Krista
Jaya
|
5-10
Karyawan
|
4-7
Tahun
|
8
|
Roisah
|
≥
10 Karyawan
|
7-10
Tahun
|
9
|
Akbar
Manik
|
5-10
Karyawan
|
1-3
Tahun
|
10
|
Eka
Jaya
|
3-5
Karyawan
|
1-3
Tahun
|
11
|
Mujur
|
3-5
Karyawan
|
1-3
Tahun
|
Walau telah memiliki SDM
yang mumpuni, namun tidak berarti pengusaha manik-manik tidak menghawatirkan soal SDM yang mereka miliki pada persaingan bebas
nanti. Griya Manik memiliki karyawan hingga 20 Karyawan, namun kendala
terbesarnya ada pada ego karyawan-nya. Kecondongan kesulitan pada UMKM memang
dalam mengatur karyawan, karena tidak adanya peraturan yang mengikat seperti
yang ada di perusahaan-perusahaan besar. Suloso mengatakan:
“kebingunan saya dalam mengatur karyawan sangat besar mas. Seringnya
mereka setelah dapat gaji atau target borongan mereka selesai mereka akan
bermalas-malasan untuk bekerja. Seperti hari ini ada yang bolos dua orang. Ya,
memang ini sudah menjadi hal yang biasa kalau kita bicara UMKM. Tapi saya punya
rencana untuk mencoba seperti yang ada di pabrik-pabrik gitu mas, Cuma saya
masih ragu karena kalau mau menerapkan menejemen itu saya membutuhkan modal
yang besar dulu. Mungkin beberapa tahun kedepan saya bisa menerapkannya.”
Lanjut suloso:
“hal paling saya khawtirkan ketika ada pesanan banyak, yang di dateline.
Pernah dapat orderan banyak dan akhirnya saya bagi ke pengusaha manik-manik
lainnya. Karena saya merasa saya tidak
bisa memnuhi pesanan itu dengan jangka waktu yang mereka berikan, jadi jalan
keluarnya saya kerjasama dengan beberapa pengusaha manik-manik lain.”
Soal kehawatiran SDM Mazkiyah (pemilik UD. Roisah)
memberikan argumentasinya:
“nah, kalau nantinya ada banyak pesanan dari kalimantan atau malaysia
yang saya khawatirkan itu takut tidak bisa memenuhi permintaan pemesan mas.
Karena saya juga tidak memiliki karyawan yang begitu banyak, paling satu orangnya
dalam satu hari hanya bisa buat 10-20 renteng manik-manik itu semua juga
tergantung kesulitan desain manik-maniknya.”
Dari beberapa argumentasi yang dipaparkan oleh
pengusaha manik-manik memperlihatkan bahwa bagi mereka SDM yang mereka miliki
masih di anggap kurang. Mulai dari sitem menejemen SDM/karyawan yang ada di
UMKM memang sangat sulit, karena yang ditekankan di dalam sistem menejemen SDM
di UMKM hanyalah berupa kesadaran dan kekeluargaan. Jadi kendala terbesar di
UMKM ialah menemukan formula penyelesai permasalah menejemen karyawan. Ditambah
di UMKM manik-manik dalam pengelolahan limbah dan atau menjadikan menjadi
manik-manik masih menggunakan alat-alat tradisional, yang mengakibatkan
pengusaha manik-manik belum mampu apabila mendapatkan orderan yang melebih dari
100 ton dalam jangka waktu yang singkat. Selain alat, bahan dasar dari
manik-manik-pun seiring perkembangan masa akan berkurang, karena manik-manik
kaca berbahan baku dari limbah-limbah kaca lampu atau piring beling yang
berwana putih. Karena tidak semua jenis kaca yang bisa di olah menjadi
manik-manik. kelangkaan bahan baku juga akan sangat menghambat kemampuan
pengusaha manik-manik dalam memproduksi atau memenuhi pesanan-pesanan yang ada.
3.
Kekuatan Eksternal
a.
Dukungan Pemerintah
Sholeh (2013) mengungkapkan bahwa UMKM sebagai
sektor Ekonomi nasional yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi
kerakyatan. Dalam hal ini, menunjukan yang dapat membantu pemerintah dalam
mengembangkan daerah ataupun negara yang terbesar dari pengusaha atau UMKM.
Begitu sebaliknya, akan mempercepat perkembangan UMKM bila bersinergis dengan
pihak pemerintah. Seperti yang di katakan Muslim selaku kepala seksi UMKM di
Dinas Koperasi dan UMKM jombang:
“Dinas Koperasi dan UMKM tidak
berperan besar pada UMKM. Tapi, kita dari Dinas Koperasi dan UMKM selalu melakukan
pendampingan terhadap UMKM di Jombang. Seperti yang akan dihadapi tahun depan,
itu juga menjadi PR (tugas) bagi kami. Seperti sosialisasi, salah satu upaya
yang kami lakukan, agar pengusaha-pengusaha di Jombnag tahu mengenai MEA dan
lebih mempersiapkan usahanya untuk bersaing dengan UMKM dalam dan luar negeri.”
Peran
pemerintah dalam mensukseskan UMKM-nya untuk menghadapi AEC memang sangat
besar. Khususnya di Jombnag, banyak pengusaha UKM mendirikan usaha
dilatarbelakangi hobi yang awal pendiriannya tidak direncanakan untuk
menjadikan usaha yang besar. dalam persaingan AEC nanti, paradigma-paradigma
yang telah dibangun sejak awal memang harus di ubah menjadi paradigma
pragmatis. Dimana orientasi pengusaha UKM bukan lagi sebuah hobi melainkan
persaingan dan produktifitas. Dalam hal inilah peran dari pemerintah sangat
dibutuhkan bagi pengusaha-pengusaha UKM. Dalam upayanya bidang perdagangan pada
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) membuat bebeapa program yang
orientasinya untuk memunculkan daya saing antar UMKM di Jombang dengan
menggelar bazar produk unggulan Jombang di setiap tahunnya.
Di Kab. Jombang tidak hanya Dinas Koperasi dan UMKM yang mengawal
perkembangan UMKM Jombang, melainkan
Disperindag juga turut andil dalam mengembangkan UMKM Jombang. Namun
Dinas Perindustrian lebih sepesifiknya mengawal industri-industri Jombang,
tidak sedikit bantuan yang berupa peralatan didistribusikan ke IKM (Industri
Kecil Menengah) Jombang guna meningkatkan produktifitas IKM Jombang. Dalam hal
bantuan pemerintah Jombang hanya memberi bantuan berupa alat produksi dan
bantuan-bantuan meningkatkan soft skill seperti pelatihan dan seminar.
Seperti yang dikatakan Sudjono (Kasi bina produksi dan sarana):
“kami hanya membina usaha-usaha yang
basisnya industri saja, tapi kalau Dinas Koperasi dan UMKM keseluruhan usaha.
Termasuk UMKM manik-manik gudo, juga binaan kami mas. Dulu pernah dapat bantuan
berupa mesin penggiling kaca agar lebih mudah untuk diproses. Pernah juga kami
adakan pelatihan pembuatan bahan baku manik-manik biar pengusaha manik-manik
ngak bingung kalau kehabisan bahan baku, tapi ndak tau diterapkan atau tidak sama
mereka. Karena mereka itukan bahan bakunya ngambil dari pengepul rosokan kaca,
jadi ada kemungkinan terjadi kelangkaan bahan baku, jadi kami inisiatif
mengadakan pelatihan itu. Kalau tahun lalu kami juga bantu IKM dalam memproses
pembuatan Merek dan HAKI, dan semua itu biayanya ditanggung pemerintah”
Sudjono
mengungkapkan bahwa peran pemerintah dalam membantu UKM/IKM sanagat sentral.
Dalam upaya memajukan UMKM/IKM pemerintah memang sangat terihat karena
adanya persaingan bebas juga menjadi tanggung jawab pemerintah atas
masyarakatnya. Segala upaya dilakukakn
yang pada akhirnya bertujuan selain memajukan UMKM/IKM dan membangun iklim daya
saing juga ingin membumikan produk-produk lokal untuk masyarakat lokal. Dengn
upayanya membuat bazar setiap tahunnya yang juga berorientasi untuk
memperkenalkan produk-produk asli Jombang kepada masyarakat Jomabang.
Selain bantuan berupa peralatan, pelatihan dan pembinaan. Dinas Koperasi
dan UMKM serta Diperindag juga menyediakan Show room bagi UMKM/IKM
Jombang dalam mempromosikan produknya. Showroom yang disediakan Dinas Koperasi
dan UMKM terletak di sebelah kantor Dinas Koperasi dan UMKM. Sedangkan yang
disediakan oleh Disperindag terletak di depan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
(SMKN) 2 Jombang. Dengan adanya program penyediaan ruang ini sangat membantu
pelaku UMKM Jombang. Program yang berorientasi untuk membantu mempromosikan
produk-produk UMKM/IKM ini memang ditujukan untuk masyarakan Jombang dan
masyarakat yang berkunjung di Jombang sebagai pusat oleh-oleh Jombang.
C.
Tantangan UMKM dalam Menjalani AEC
Pelaksanaan AEC pada tanggal 31 Desember 2015 nanti
akan sangat membawa perubahan pada pasar Indonesia khususnya bagi UMKM Jombang.
Akan memunculkan beberapa tantangan:
1)
Tantangan bagi pemilik usaha : Peran penting akan di pikul oleh pemilik
usaha/UMKM agar dapat berkompetisi dengan pengusaha lain. Tuntutan dunia
persaingan yang harus dipenuhi oleh pengusaha ialah terus meningkatkan kemapuan
dalam menjalankan usaha secara profesional guna dapat meningkatkan kompetisi
dengan produk yang berasal dari negara ASEAN lainnya. Selain itu mengubah cara
pandang dalam mengembangkan usaha merupakan tantangan terberat bagi pengusaha
di Jombang khususnya pada UMKM Manik – manik. Pasalnya tidak sedikit pengusaha
manik – manik yang berpandangan bahwa usahanya telah memiliki pangsa pasar yang
cukup besar, pada akhirnya mereka enggan untuk mengembangkan usaha dan pangsa
pasar.
2)
Kesamaan Produk : hal yang perlu diperhatikan adalah kesamaan produk
Manik – manik. seperti halnya pada negara Cina, yang telah mampu memproduksi
manik – manik dan mampu untuk mengekspor produknya. Walau pada saat ini
Indonesia khususnya Jombang merupakan pusat penghasil manik – manik namun
produk – produk dari cina bisa menjadi tantangan terbesar bagi pengusaha manik
– manik Jombang.
3)
Daya saing Produk : Dalam hal ini, pengusaha manik – manik
Jombang harus meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya. Sejauh ini
kualitas manik – manik Jombang bisa dikatakan baik. Karena pada manik – manik
kaca Jombang lebih menekankan pada nilai - nilai seni seperti produk –
produkyang dihasilkan berupa kalung khas dari suku – suku yang ada di Indonesia
dan asesoris lainnya. Namun dari segi kuantitas menjadi tantangan utama bagi
pengusaha manik – manik Jombang. Dikarenakan proses produksi pada UMKM manik –
manik di Jombang masih menggunakan proses secara manual.
4)
Daya saing SDM : Kemapuan
bersaing SDM tenaga kerja UMKM/ karyawan di Jombang kususnya pada UMKM Manik - manik harus ditingkatkan baik secara formal maupun
informal. Karena mendapatkan kualitas
terbaik dalam penciptaan produk maupun perkembangan usaha bermula dari SDM.
http://ipan.web.id/dasar-marketing-5-unsur-dalam-strategi-pemasaran-bagi-pemula/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar