Rabu, 16 Desember 2015

Kesiapan UMKM Manik-manik Kaca Jombang Menghadapi MEA/AEC

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Sejarah dan Diskripsi UMKM Manik – Manik Kaca Jombang

Penelitian ini dilakukan pada UMKM manik-manik yang terletak di Desa Plumbon Gambang Kec. Gudo Kab. Jombang. Pengerajin manik–manik kaca di Desa Plumbon gambang sangat banyak. Pada tahun 90-an rata–rata masyarakat gambang memilik mata pencaharian sebagai pengerajin manik – manik kaca. Pada mulanya, pengalaman mengerajin manik – manik kaca bermula dari tiga orang yaitu Bapak Wahid, Bapak Sugio dan Bapak Nadlan yang bekerja di Solo sebagai pembuat cincin akek (cincin dengan khas batunya) yang terbuat dari kaca. Ketika mereka kembali ke desa gambang, mereka mencoba mengembangkan pengalaman mereka dengan membuat manik – manik. Proses pembuatan manik – manik pun pada awalnya hanya memiliki desain satu warna dan berbentuk bundar seperti kelereng. Mula – mula dari konsumen yang berasal dari kalimantan yang mengajukan desain dengan ada lubang di tengah agar dapat dijadikan kalung. Kemudian berkembang dengan penambahan inovasi pada corak warna dan bentuk. Hingga saat ini produk dari UMKM Manik – manik kaca memiliki berbagai macam produk baik berbentuk kalung dengan corak satu warna hingga bermacam warna dan berbentuk asesoris moderen lainnya.
Sejak saat itu, banyak bermunculan pengerajin manik – manik kaca di Desa gambang. Berawal dengan belajar dari tiga orang tersebut, kemudian membuka dan membuat usaha sendiri. Pada saat itu, untuk memproduksi tidak membutuhkan modal yang besar. Dengan menggunakan peralatan sederhana seperti kompor sebagai alat untuk melelehkan kaca dan proses pencampuran, kapi dan tang serta dengan bahan baku dari limbah kaca mendorong para pengerajin untuk membuka usaha sendiri. Dengan itu membawa dampak postif bagi masyarakat Gambang dengan terciptanya mata pencaharian baru.
Namun perkembangan pengerajin manik – manik mulai berkurang. Banyak faktor yang mempengaruhi banyaknya pengusaha pengerajin manik – manik gulung tikar. Walau mendirikan usaha mengerajin manik – manik tidak membutuhkan modal yang besar, akan tetapi dalam dunia usaha membutuhkan pengembangan usaha sebagai membangun usaha secara berkelanjutan. Maka pengusaha manik – manik membutuhkan modal yang cukup besar agar dapat memproduksi dengan kuantitas yang cukup banyak demi memenuhi permintaan pasar. Kemudian faktor yang mempengaruihi adalah kreatifitas dan inovasi produk. Pada masa perkembangan kerajinan manik – manik di Desa Gambang, memang masih minim inovasi – inovasi produk. Maka faktor tingkat kreatifitas dan inovasi sangat mempengaruhi perkembangan usaha pada masa itu. Bila tidak mampu mengikuti perkembangan trend, akan memunculkan efek ke-tidak tertarikan terhadap produknya dan berdampak pada pengusaha dengan tidak memiliki konsumen tetap atau fanatik. Faktor penting lainnya ialah jaringan pasar. Bagi pengusaha pengerajin manik – manik yang tidak memiliki jaringan pasar yang luas maka akan mengalami gulung tikar. Pada saat ini sasaran pasar yang empuk bagi para pengusaha pengerajin manik – manik adalah bali dan kalimantan. Maka pada saat itu yang belum mampu menembus jaringan pasar hingga bali, maka akan mengalami kemacetan usaha.
Untuk saat ini terdapat 11 UMKM pengerajin manik – manik yang ada di Desa Gambang, ialah salah satunya UMKM Griya Manik. Dengan memiliki karyawan sebanyak 20 karyawan, terdiri dari 12 karyawan laki – laki dan 8 karyawan perempuan. 2 orang karyawan laki-laki sebagai pengelola bahan baku menjadi bakal manik – manik, 10 orang sebagai pengelola bahan setengah jadi (bakal Manik – manik) menjadi manik – manik jadi (siap di rangkai) dan 8 karyawan perempuan sebagai perangkai manik – manik untuk siap kirim. Dengan berdirinya UMKM Griya manik dan UMKM lainnya, dapat membantu mengurangi angka pengangguran pada masyarakat desa Gambang, dikarenakan seluruh karyawan pak Suloso adalah masyarakat Desa Gambang.
Demi mempermudah memasarkan produknya, UMKM manik – manik Gambang dengan cara membuka toko di daerah Desa Gambang. Dengan berbagai bentuk konsep tata kelola toko yang di jalankan oleh masing – masing UMKM. Namun rata – rata pengelola toko dan pengelola UMKM merupakan pemilik UMKM sendiri. Selain dengan membuka pangsa pasar UMKM manik - manik rata – rata pada bali, kalimantan dan jakarta.  Sedangkan pendapatan atau omzet UMKM manik – manik rata – rata dari angka  Rp.30.000.000 s.d. Rp.80.000.000 per bulannya.
B.     Kesiapan UMKM manik – manik Dalam Menghadapi AEC
Kata kesiapan bila dilihat dari persepektif psikologi merupakan tingkat perkembangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu (Chaplin 2006:419). Selain itu kata kesiapan bila dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terdapat beberapa kata, 1. Siap, 2. Bersiap-siap, 3. Mempersiapkan dan, 4. Persiapan. Arti dari kata siap ialah sudah disediakan, arti dari kata bersiap-siap adalah mengatur segala sesuatu dan arti kata dari mempersiapkan ialah menyiapkan sedangkan arti kata dari persiapan ialah perbuatan bersiap-siap atau mempersiapkan;tindakan (rancangan) untuk sesuatu. Dari pengertian diatas, dapat membantu untuk mengungkapkan kesiapan UMKM Jombang dalam menghadapi AEC. Sudah sejauh mana UMKM Jomang menjelang AEC, pada tahapan siap atau masih mempersiapkan kesiapan UMKM untuk menghadapi AEC.
Mengubah mind-set bagi pelaku usaha mengenai kesepakatan AEC sebagai peluang usaha dan kesadaran serta pemahaman mengenai program  AEC merupakan salah satu usaha mempersiapkan pengusaha dan UMKM Jombang untuk menuju ke siap menghadapi AEC. Seperti yang dikatakan oleh Rusiah (kasi bidang perdagangan Disperindag Jombang) bahwa
“kendala terbesar juga ada pada pengusaha-pengusaha kita di Jombang mas, cara pandang atau orientasi yang masih tergolong tradisional masih banyak yang dipertahankan. Jadi kegiatan mereka kebanyakan hanya memproduksi dan memenuhi pesanan, ya akan ada banyak keuntungan bagi usaha yang sudah memiliki pasar yang luas tapi kalau yang belum akan tertinggal jauh sama pesaing lain ketika persaingan bebas dimulai”. 
  
Dari komentar kasi bidang perdagangan Disperindag Jombang, membuktikan bahwa mengubah mind-set bagi pengusa-pengusaha Jombang sangat diperlukan unuk menghadapi persaingan bebas nanti. Karena dalam beradaptasi dengan era globalisasi peran mind-set sangat penting bagi perkembangan UMKM Jombang.
Agar siap menghadapi persaingan pengusaha dan UMKM Jombang butuh mempesiapkan beberapa faktor :1. Peran pemeintah, 2. Promosi dan inovasi, 3. Dukungan financial, 4. Strategi pemasaran, dan 5. Membangun kemitraan (Abdullah, 2010).

Gambar 1. Peta Konsep Kesiapan UMKM Menghadapi AEC
Text Box: AEC
 











1.      Kesiapan Pemilik UMKM
a.      Kesiapan Pemilik UMKM dalam mengetahui, memahami dan mampu membuat peluang dalam persaingan.
Peran penting akan di usung oleh pemilik UMKM pada era AEC. Mempersiapkan usaha dari berbagai lini merupakan peranan pemilik uasaha dalam mempersiapkan menjelang era AEC. Mempersiapkan usaha mulai dari kualitas produk, pangsa pasar, mempersiapkan modal, inovasi hingga packing. Oleh sebab itu Kesiapan usaha akan tercermin dari kesiapan pemilik usaha.
Bagi pengusaha tentunya sudah tidak asing lagi mengenai wacana tentang ASEAN Economic Community (AEC).  Menegetahui wacana tentang AEC merupakan salah satu langkah untuk mempersiapkan diri dan usaha-nya. Seperti yang dikatakan Muslim (selaku kepala bidang UMKM di Dinas Koperasi Jombang) “untuk tahap awal kita mengenalkan kepada pengusaha Jombnag mengenai wacana adanya perdagangan bebas yang akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015”.  Dari sini membuktikan bahwa mengetahui tentang adanya perdagangan bebas antara masyarakat ekonomi ASEAN sangat mempengaruhi kesiapan bagi para pengusaha Jombang.

Tabel 2 : Banyak pelaku UMKM manik-manik yang mengetahui AEC
Nama UMKM
Mengetahui AEC
Sumber Informasi Mengenai AEC
Sosialisasi
Media Masa
Beads Flower
Griya Manik
TATA
Anggun
X
Bintang
X
Dian Art
Krista Jaya
X
Roisah
X
X
X
Akbar Manik
X
X
X
Eka Jaya
X
X
X
Mujur
X
X
X

Mengetahui perjanjian perdagangan bebas antar negara ASEAN merupakan langkah awal bagi para pengusaha.  Dengan mengetahui akan adanya perdagangan bebas pada akhir tahun 2015, dapat membuat pengusaha manik-manik Jombang mempersiapkan diri dan UMKM yang dikelola agar siap dalam menghadapi kelompok masyarakat ekonomi ASEAN. Dari 11 UMKM manik-manik di Kab. Jombang, masih terdapat empat UMKM yang belum mengetahui mengenai kelompok masyarakat ekonomi ASEAN. Sejatinya mereka bukan tidak tau, hanya saja tidak memahami apa yang dimaksud dengan kelompok masyarakat ekonomi ASEAN. Banyak pengusaha manik-manik Jombang yang tidak mengetahui bila di tanya dengan pertanyaan mengenai MEA atau-pun AEC, namun bila di jelaskan MEA atau AEC itu merupakan persaingan bebas antar negara hampir semua pengusaha mengetahuinya. Ada juga pengusaha yang tidak mengetahui perdagangan bebas atau AEC namun telah memiliki pelanggan di luar negeri khususnya Malaysia. seperti yang di ungkapkan oleh Srianah pemiliki UD. Anggun:
“Saya belum mengetahui tentang MEA mas, tapi kalau perdagangan bebas-kan sudah lama ada???. Buktinya udah banyak produk-produk cina yang di impor ke Indonesia. memang pesaing terbesar manik-manik Gudo itu manik-manik dari Cina, walau kualitas-nya bisa bersaing tapi kalau soal inovasi produk cina-an ndak bisa mas, karena disini produksinya menggunakan tangan jadi bisa memberi inovasi dan kreasi pada produknya, tapi kalau produk cina-an itu menggunakan mesin, jadi ndak bisa seperti produk manik-manik Gudo”.

Dari ungkapan diatas menunjukan bahwa UD. Anggun belum mengetahui tentang program yang diusung pemerintah yakni perjanjian AEC. akantetapi dia sudah tau melaui kebiasaan atau sesuatu yang telah terjadi yang pernah dialami seperti adanya ACFTA, dari itu ia mengetahui mengenai persaingan baik itu antar pengusaha dalam negeri maupun ancaman-ancaman dari produk-produk dari negara Cina.
. Selain itu, Para pengusaha manik-manik Jombang secara tidak sadar telah mempelajari soal persaingan dalam dunia perdagangan. Karena kebanyakan pengusaha telah mampu menganalisis kekuatan dan kekurangan produk yang diproduksinya.  Seperti yang dikatakan Suloso pemilik UD. Griya Manik mengatakan
“Melihat adanya persaingan bebas, saya lihat ada dua dampak, yang pertama dampak positif yang kedua  dampak negatif. Positif-nya dengan adanya perdagangan bebas akan membawa buyer-buyer dari negara lain masuk ke Indonesia, kan pada persaingan bebas buyer bisa bebas keluar masuk ke negara lain. Selain itu dampak positif-nya kita akan menghasilkan produk-produk yang memiliki kualitas Internasional karena kalau tidak, produk-produk dalam negeri akan tertinggal jauh. Kalau dapak negatifnya ya, akan ada banyak pesaing-pesaing lain, dan bisa-bisa membuat produk kita ndak laku di pasar-an.

Telah tergambarkan mengenai mind-set pengusaha manik-manik Jombang yang mampu menganalisis kemampuan mereka. Pengusaha manik-manik Jombang mampu menangkap peluang dari program pemerintah mengenai komunitas masyarakat ekonoami ASEAN. Dengan ini dapat dijadikan sebuah modal untuk mempersiapkan mengenai apa yang akan dilakukan pengusaha-pengusaha manik-manik Jombang pada usahanya untuk mempersiapkannya dalam menghadapi menghadapi AEC.
Belum semua pengusaha manik-manik mengetahui dan memahami tentang AEC. Melihat tabel 2 , menunjukkan bahwa tidak semua UMKM Manik-manik mendapatkan sosialisasi dari pemerintah terlihat masih terdapat 4 (empat) pengusaha yang belum mengetahui, dan ada 3 (tiga) pengusaha yang tahu namun melaui media masa untuk mendapatkan informasi tentang program ASEAN Economic Community (AEC).  Dari data ini dapat terlihat bahwa belum sampai menyeluruh program sosialisasi pemerintah kepada seluruh pengusaha-pengusaha di Jombang khususnya pada UMKM manik-manik Jombang.
b.      Upaya- Upaya Dalam Membangun Jaringan
Dalam upaya pengembangan usahanya, pemilik UMKM dituntut untuk mengembangkan dan memperbanyak membangun jaringan. Persaingan kelompok masyarakat ekonomi ASEAN akan sangat membutuhkan peranan jaringan yang dimiliki oleh pengusaha. Seperti yang dikatakan Winarko (anggota bidang UMKM dinas Koperasi dan UMKM Jombang) mengatakan:
“Di Jombang ini udah terbentuk beberapa kelompok usaha, seperti Permamin atau Perusahaan makanan dan minuman, ada juga APKJ atau Asosiasi Pengusaha Kerajinan Jombang, ada lagi di Desa Gambang namanya APMA atau Asosiasi Pengusaha Manik-Manik. memang dari pemerintah menganjurkan untuk membentuk kelompok-kelompok usaha, yang tujuannya agar dalam kelompok itu mereka saling tukar pikiran, saling mempromosikan satu sama lain. Kelompok-kelompok juga akan sangat dibutuhkan ketika akan menghadapi persaingan dari negara lain, sepeti yang akan dihadapi yaitu MEA. Dengan adanya kelompok usaha, pemerintah juga tidak akan sulit ketika akan memberikan informasi baik sosialisasi mengenai MEA ataupun pelatihan dan bazar.”

Dari argumentasi yang di utarakan oleh Winarko membuktikan dengan kelompok-kelompok kecil pengusaha akan dibantu dalam pengembangan usaha mereka. Karena dengan adanya kelompok usaha atau kumpulan para pengusaha akan mempermudah bagi setiap pengusaha yang berada didalamnya untuk mendapatkan informasi-informasi terbaru tentang perkembangan masa. Selain mendapatkan informasi mengenai perkembangan masa, dengan membentuk kelompok usaha akan mempermudah pengusaha dalam mendapatkan bantuan-bantuan dari pemerintah, baik itu berupa pelatihan, bazar dan atau bantuan peralatan.
Dengan ikut serta dalam kelompok usaha, akan membantu pemilik UMKM manik-manik agar dapat membuka jaringan keluar dari daerah mereka. Selain membuat kelompok usaha antar pengerajin manik-manik gambang, banyak dari pemilik UMKM manik-manik masuk dalam anggota kelompok usaha dalam lingkup Kab. Jombang. Seperti yang dikatakan oleh ketua Asosiasi Pengusaha Kerajinan Jombang (Suloso);
“kalau bilang siap atau tidak dalam menghadapi persaingan UMKM yang ada di Indonesia dengan negara lain, ya hasus siap mas. Di Indonesia itu banyak UMKM, di Jombang aja ada banyak jenis UMKM, dari bidang makanan dan minuman, kerajinan, mebel.  Tapi UMKM di luar sana udah banyak yang menggunakan mesin, mungkin itu yang akan membuat UMKM luar lebih unggul. Maka dari itu biar UMKM Jombang kuat, dibentuklah asosiasi pengusaha Jombang. dalam asosiasi ini kami selalu saling memberi info, terkadang juga tempat ajang curhat masalah usahanya mas, ya biasanya yang ngasih masukan itu dari pengusaha-pengusaha yang lebih senior seperti pak rozak pengerajin limbah kayu. Biasanya untuk pertemuannya kami jadwalkan satu bulan sekali. Ya untuk pembahasannya macam-macam, Sesuai dengan kondisi yang ada mas.”

Argumen yang telah dipaparkan oleh ketua APKJ sekaligus wakil ketua dari APMA, memberi gambaran upaya memperkuat dan mempersiapkan UMKM dalam menghadapi persaingan MEA serta jalan untuk membuka jaringan melalui asosiasi atau komunitas pengusaha. Wadah untuk tempat bertemu atau berkomunikasi para pengusaha memang sangat membantu dalam mengembangkan jaringan dan usaha. Dengan adanya pertemuan yang di lakukan di wadah tersebut akan memberi kesempatan bagi seorang pengusaha untuk melakukan membandingkan dan mempelajari usaha dari rekan sejawatnya. Mencari masukan baik dalam bidang pemasaran, bentuk dan model dari packing produk. Selain itu juga dengan ikut dalam wadah perkumpulan pengusaha akan memiliki partner usaha yang nantinya mereka juga akan mengembangkan pangsa pasar atau mempromosikan di sekeliling mereka. Dikarenakan model promosi atau penawaran produk kepada konsumen di Indonesia, yang paling kuat iyalah promosi melalui mulut ke mulut.
Namun belum semua pengusaha manik-manik yang ikut dan terdaftar sebagai anggota pada APKJ. Seperti yang dikatakan oleh Pujiono pemilik UD. Tata;
“ndak ikut mas, saya ikut di asosiasi pengusaha manik-manik saja. Paling kalaupun ikut ya begitu-gitu aja mas. Ya, memang akan mempermudah kalau mau dapat bantuan dari pemerintah. Namun kadang saya sendiri ndak punya waktu untuk menghadiri setiap acara. Kadang saya juga ndak bisa ikut acara pemerintah seperti pameran atau bazar, ya kendalanya karena ndak ada orang yang jaga di standnya mas.”

Lanjut Pujiono:
“iya gini mas, memang membuka jaringan sangat penting bagi pengusaha, tapikan ndak harus ikut di asosiasi. Apalagi zaman sekarang, untuk membuka pasar lebih mudah, udah bisa lewat internet atau BBM juga bisa. Biasanya saya manfaati facebook sama BBM aja mas. Untuk website juga bisa mas, dulu saya punya tapi sekarang kayaknya udah tidak bisa di buka lagi, ya maklum mas gak di openi websitenya.”

Dari argumentasi Pujiono membuka wawasan bagi peneliti bahwa pengusaha memiliki banyak cara dalam membuka jaringnan ke pasar yang akan dituju oleh pengusaha itu. Dengan mengikuti beberapa komunitas, organisasi ataupun asosiasi memang sangat membantu untuk mengembangkan dan memperluas jaringan maupun wawasan, namun bagi Pujiono tidak hanya dengan mengikuti organisi saja untuk membuka jaringan, dengan memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia di zaman moderen ini akan sangat membantu membuka jaringan pasar. Dengan memanfaatkan kecangihan teknologi sosial media Pujiono mencoba untuk membuka jaringan atau relasinya. Melihat BlackBarry Messenger (BBM) sangat buming di masyarakat dan tidak melihat usia lantas Pujiono memanfaatkan media sosial BBM sebagai sarana baginya untuk membuka relasi dengan meyediakan kode pin (754556FE/763B819) pada kartu nama yang diberikan kepada konsumen sasarannya.
2.      Kekuatan Internal
a.      Kemampuan Modal Dalam Memproduksi Di UMKM Manik-Manik
Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan”. Dari penegertian diatas, tidak ada proses usaha berjalan tanpa adanya modal. Banyak pengusaha yang gagal berkembang dikarenakan kekurangan modal. Seperti yang dikatakan Warjianto salah satu karyawan Suloso (UD. Griya Manik):
“Saya kerja ikut pak Suloso udah 10 tahun-an mas, dulu sebelum ikut orang saya juga punya sendiri. Jadi saya buat manik-manik sendiri, ya masarkan sendiri. Memang dulu hampir semua masyarakat desa buat sendiri-sendiri tapi ada beberapa kendala yang bikin mereka tidak bisa melanjutkan usahanya. Walau buat manik-manik gag butuh modal banyak tapi lama-kelamaan modal besar ternyata sangat dibutuhkan. Karena hampir rata-rata pelanggan yang ada di bali belinya nggak bayar dimuka tapi bayar di belakang, jadi salah satu yang membuat saya lebih milih ikut orang ya itu, masalah modal mas.”

Dari argumentasi Warjianto memperlihatkan bahwa modal sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan usaha. Untuk memulai usaha tidak membutuhkan modal besar, namun dalam hal membesarkan dan mengembangkan usaha inovasi dan modal sangat dibutuhkan. Sistem penjualan yang dilakukan oleh pengusaha manik-manik menggunakan sistem bayar dibelakang, walau tidak semua pengusaha manik menggunakan sistem yang sama. Dengan menggunakan sistem seperti itu, akan sedikit mempersulit bagi pengusaha-pengusaha kecil, karena pengusaha kecil membutuhkan uang untuk diputar menjadi modal kembali.
Tabel 3: Data Pengusaha yang kerjasama kepada pihak BANK
 
 


No
Nama UMKM
Kerjasama BANK
1
Beads Flower
Ya
2
Griya Manik
Ya
3
TATA
Ya
4
Anggun
Ya
5
Bintang
Ya
6
Dian Art
Ya
7
Krista Jaya
Tidak
8
Roisah
Tidak
9
Akbar Manik
Tidak
10
Eka Jaya
Tidak
11
Mujur
Tidak

Dari tabel diatas, memberikan informasi mengenai kekuatan modal (uang) pada UMKM manik-manik Gambang. Dari sebelas (11) UMKM Manik-manik terdapat hanya ada Enam (6) UMKM yang memanfaatkan atau menjalankan kerjasaa kepada pihak BANK. Lima (5) UMKM lainnya tidak menjalankan kerjasama kepada pihak BANK. Dari tabel itu juga dapat dilihat terdapat 6 UMKM yang bisa dikatakan lebih besar dari UMKM lainnya. Tidak lain karena bantuan dari kuatnya kekuatan modal (uang) mereka. Banyak hal yang dapat memunculkan persepsi untuk tidak melakukan pinjaman uang atau menjalankan kerjasama dengan pihak BANK, salah satunya dikarenakan bunga yang tinggi. Seperti yang dikatakan  Hendrik (pemilik Krista Jaya):
“nah, tantangan saya ada di modal mas, karena butuh modal besar biar bisa memproduksi banyak. Kadang kalau ngirim bulan ini ke distributor belum tentu langgsung dibayar, bisa jadi pada waktu pengiriman kedua ataupun pengiriman yang ketiga baru dibayar. Jadi tantangan yang cukup berat buat saya di memutarkan uang untuk jadi modal mas. Pernah juga di tawari BANK untuk minjam uang, tapi saya yang nggak berani ngambilnya, hampir rata-rata bunga yang di kasih tinggi semua mas, jadi saya pikir yang mending ndak usah pinjam uang di bank.”

Argumentasi yang dikatakan Hendrik dapat memberikan gambaran mengenai keputusannya untuk tidak menggunakan jasa BANK dalam membantu dalam permodalannya. Masih banyak pengusaha UMKM yang belum berani mengambil keputusan untuk menggunakan jasa BANK dalam urusan memperkuat modal. Padahal, banyak  program BANK yang diperuntukan pengusaha UMKM guna meningkatkan daya saing UMKM Indonesia. Mendekati persaingan global Pemrov Jatim mempersiapkan UMKM Jatim, dengan membuat program standarisasi produk, pembinaan UMKM melalui kemudahaan akses modal (BANK UMKM).  Banyak informasi yang butuh diperbarui dan di perkaya lai bagi pengusaha-pengusaha manik-manik agar mempermudah bagi mereka dalam mengembangkan usahanya.
b.      Strategi Pemasaran yang dilakukan UMKM manik-manik
Sebagaian besar dari pengusaha UMKM manik-manik berpendapat bahwa marketing atau pemasaran adalah jualan, padahal pengertian pemasaran bukan hanya sebatas jualan atau menjual barang. Pada dasarnya pemasaran merupakan strategi yang harus dipikirkan oleh pelaku usaha dalam mengupayakan guna menguasai pangsa pasar. Kalau defenisi pemasaran menurut Philip Kotler (2004,81) ialah pola pikir pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasarannya.
 Dalam hal ini, walau secara lafal banyak pengusaha manik-manik Jombang mengartikan pemasaran adalah sebatas menjual produk, namun dalam prakteknya pengusaha manik-manik telah menerapkan strategi pemasaran. Strategi-strategi itu terbagun dengan tanpa adanya konsep atau pola pikir pemasaran seperti yang di utarakan. Bisa dikatakan konsep strategi pemasaran yang dibangun oleh kebanyakan pengusaha manik-manik Jombang adalah alamiah, maksud secara alamiah ialah strategi pemasaran dengan menggunakan prinsip menyediakan produk kemudian menawarkan kepada konsumen tanpa memilah pasar dan konsumen. Seiring perkembangan usaha, pengusaha manik-manik kaca membangun pola pemasaran yang dilandaskan pada pengalaman penjualan produk.
Muslim (Kasi bidang UMKM Dinas Koperasi dan UMKM Jombang) berargumen tentang pemasaran yang harus di terapkan dalam menghadapi persaingan bebas bahwa
“pada akhir tahun 2015 nanti akan dimulai perdagangan yang seakan-akan tanpa ada pembatas. Pertanyaan paling mendasar memang seputar siapkah pengusaha-pengusaha Indonesia khususnya Jombang?. kami selalu mengupayakan agar pengusaha-pengusaha Jombang siap dalam menghadapi pasar bebas, namun itu juga butuh peran dari pengusaha itu sendiri. Seperti mulai mempersiapkan segmen pasar yang di tuju, kualitas produk, penentuan harga hingga cara promosi yang dilakukan. dengan adanya pentuan segmen pasar hingga cara mempromosikan produk, akan membantu pengusaha Jombang dalam bersaing di pasar bebas nanti”.

Dalam dunia usaha hal yang paling dibutuhkan ialah pemasaran. Cara atau strategi pemasaran sangat berperan penting dalam bagi pengusaha untuk meningkatkan daya saing usahanya. Seperti yang diutarakan oleh Muslim selaku Kasi bidang UMKM di Dinas koperasi dan UMKM Jombang, ia menekankan bagi pengusaha-pengusaha Jombang telah mampu memilah pasar yang dituju untuk produknya, meningkatkan kualitas produk dan melakukan promosi-promosi produk guna memperkenalkan produknya kepada masyarakat.
1)     Penentuan Pasar
Penentuan pasar merupakan syarat utama dalam menjalankan dan mengembangkan usaha. Banyak ahli ekonomi mengatakan dalam memulai usaha pengusaha harus telah memiliki pandangan pasar mana yang akan di tuju olehnya. Seperti yang dikatakan oleh Ipan Pranashakti (Konsultan UKM/UMKM untuk pemberdayaan melalui pemanfaatan internet) mengatakan dalam tulisannya mengenai Dasar marketing bahwa “pengusaha harus memilih yang tepat mana bagian tertentu, pasar mana saja yang akan dilayani, semua ini agar fokus”. Namun berbeda dengan pengusaha manik-manik kaca di Jombang. Pada dasarnya pengusaha manik-manik kaca Jombang mendirikan usaha dikarenakan beberapa fakor yaitu: 1. Karena banyak kerabat dan teman mendirikan usaha yang sama, 2. Tidak membutuhkan modal yang besar dan, 3. Memiliki kemampuan. Jayadi (seorang pedagang Nasi Goreng di desa Gambang) mengatkan
“Dulu penduduk desa sini mayoritas pengerajin manik-manik. hampir semua penduduk bisa memproduksi manik-manik. lah cuma butuh kompor aja, untuk melelehkan kaca, jadi banyak yang membuat usaha manik-manik termasuk saya. Tapi ndak semua penduduk bisa meneruskan usahanya sampai sekarang. Hanya yang punya modal yang cukup banyak agar modalnya bisa di putar untuk membangun usahanya, sama orang yang punya jaringan di bali dan kalimantan saja yang bisa bertahana sampai sekarang”.

Dapat tergambarkan, bahwa mayoritas pengusaha manik-manik pada awalnya membangun usahanya dilandasi dengan asumsi bahwa membuat manik-manik tidak membutuhkan modal yang cukup besar. maka tidak heran bila banyak pengusaha yang tidak mampu meneruskan usahanya, karena belum mengerti pangsa pasar yang dituju. Faktor modal dan jaringan juga sangat membantu agar mampu mengembangkan usaha. Karena dalam upaya memenuhi pesanan konsumen membutuhkan modal yang cukup besar agar uang tersebut dapat diputar kembali menjadi produk.
Seiring perkembangan usaha manik-manik dan setelah mengalami perjalanan dalam membangun usaha, pengusaha manik-manik-pun mulai mampu memetakan pasar yang akan di jamah oleh produknya. Dengan memetakan pasar dapat mempermudah bagi pengusaha manik-manik dalam menyalurkan produknya kepada konsumen. Jadi pasar yang di tuju oleh pengusaha manik-manik kaca Jombang ialah masyarakat moderen dan tradisional, remaja, anak-anak hingga wanita dewasa. Produk-produk yang dihasilkan untuk memenuhi permintaan pasar berupa: kalung dan gelang adat istiadat, kalung dan gelang (perhiasan), bros, asesoris jilbab hingga hiasan pada interior seperti hiasan gordin,tempat tidur, kursi sampai lampu. Suloso mengatakan bahwa
“Pasar saya sudah terbangun sejak tahun 2005. Memang awalnya saya harus mondar-mandir nyari pasar, mulai tahun 2000 sampai 2005 saya masih sering bolak-balik ke bali dan kalimantan, untuk memasarkan produk. Hingga saat ini pasar tempat saya menyalurkan produk saya sudah menjadi distributor tetap ada di kalimantan, bali dan kadang-kadang ke Jakarta juga ke Batam”.
Pangsa pasar pengusaha manik-manik hingga saat ini pada wilayah Jombang, Kalimantan, Bali, Batam dan Jakarta. Dimana setiap pengusaha manik-manik memiliki distributor  di setiap wilayah yang menjadi pangsa pasar. Dalam hal ini, pengusaha manik-manik berperan sebagai suplayer produk yang akan di suplay ke setiap wilayah melalui distributor.

Tabel.4: Pemetaan Pasar Manik-manik Jombang
Nama UMKM
Wilayah Pemasaran
Jenis produk yang di pasarkan
Beads Flower
Jombang,Jakarta,bali, kalimantan, dan batam.
Perhiasan upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris moderen lainnya
Griya Manik
Jombang,bali, kalimantan, papua dan batam.
Perhiasan upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
TATA
Jombang, Jakarta Bali dan Kalimantan
Perhiasan upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
Anggun
Jombang, Bali dan Kalimantan
Perhiasan upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
Bintang
Jombang, Bali dan Kalimantan
Perhiasan upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
Dian Art
Jombang, Bali dan Kalimantan
Perhiasan upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
Krista Jaya
Jombang, Bali dan Kalimantan
Perhiasan upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
Roisah
Kalimantan, Jakarta dan Malaysia.
Perhiasan upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris adat
Akbar Manik
Jombang dan Bali
Perhiasan upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
Eka Jaya
Jombang dan Kalimantan
Perhiasan upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
Mujur
Jombang dan Kalimantan
Perhiasan upacara adat(kalung dan gelang), penghias interior dan asesoris lainnya
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pengusaha manik-manik kaca memeliki segmen pasar yang cukup luas. Hampir semua segmen masyarakat adalah tujuan dari UMKM manik-manik. baik masyarakat menengah keatas maupun masyarakat menengah kebawah, selain itu, sasaran pengusaha manik-manik tidak terbatas oleh umur. Karena UMKM manik-manik menyediakan produk yang dapat di nikmati dari seiap kalangan masyarakat. Pasar pengusaha manik-manik lebih besar pada kalimantan dan bali, karena sasaran atau masyarakat pada wilayah tersebut lebih mengemari manik-manik untuk diajadikan perhiasan. Seperti pada kalimantan, kalimantan terkenal dengan adat dayaknya, dimana adat masyarakat dayak di Kalimantan masih sangat kental, lain ddari itu, manik-manik yang berbentuk kalung merupakan salah satu peninggalan adat dari dayak. Sedangkan di wilayah Bali, dikarenakan Bali merupakan salah satu pulau yang dijadikan tempat obyek wisata terbesar di Indonesia. tidak hanya masyarakat Indonesia masyarakat luar negeri juga memnuhi keindahan pulau dewata itu. Oleh sebab itulah, Bali menjadi tempat favorit bagi pengusaha manik-manik untuk memasarkan produknya.
2)      Produk
Dalam penetuan produk yang akan diproduksi pengusaha harus menentukan target pasar yang akan dituju. Setelah memetakan segmen pasar, dan langkah selanjutkan ialah menetukan produk yang akan di tawarkan. Dalam strategi pemasaran produk merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pengusaha/produsen. Produk merupakan usaha yang dilakukan oleh pengusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kualitas, kreatifitas dan inovasi merupakan tumpuhan utama bagi pengusaha dalam memproduksi agar dapat menguasai pasar.
Dalam upayanya menguasai pangsa pasar, pengusaha-pengusaha manik-manik Jombang selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produk. Lebih selektif dalam memilih bahan baku merupakan langkah awal dalam usaha menciptakan produk yang memiliki kualitas tinggi. Selain bahan baku, campuran yang digunakan untuk memberikan warna pada manik – manik juga mempengaruhi hasil yang didapat. Dengan usaha – usaha yang telah dilakukan dapat mempersiapkan produknya agar mampu bersaing dengan produk – produk negara ASEAN.
Pengusaha manik-manik dituntut menciptakan produk-produk yang di inginkan dari setiap daerah sebagai pangsa pasarnya. Seperti yang dikatakan Suloso
“Dengan adanya persaingan bebas nanti, jadinya saya harus lebih meningkatkan kualitas. Kalau ndak begitu jelas produk-produk kita kalah dengan produk yang lain. Kalau bahan baku dari pembuatan manik-manik ini sama, tapi banyak yang berbeda pada proses penyelesaiannya, kebanyakan pekerja itu terlalu terburu-buru untuk menyelesaikannya, nah dari segi itu yang saya tingkatkan agar mendapatkan kualitas yang baik. Tapi kualitas aja pun tidak cukup untuk bisa bersaing dengan produk lain. Maka mau ngak mau pengerajin manik juga harus bisa membuat motif dan model yang lebih menarik, agar lebih banyak yang tertarik dengan produk manik-manik.
Dengan argumentasi suloso menerangkan, telah mempersiapkan produknya agar mampu bersaing. Baik mempersiapkan kualitas produknya agar mampu menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi. Selain itu suloso juga berpandangan mengembangkan inovasi merupakan hal yang harus di kerjakan, agar produk manik-manik Jombang mampu menguasai pasar.


 











Untuk saat produk manik-manik yang dihasilkan dari olahan limbah kaca berupa asesoris baik itu asesoris kelengkapan adat maupun asesoris moderen. Dengan membentuk manik-manik menjadi sebuah asesoris yang unik dan cantik, merupakan salah satu modal kekuatan bagi pengerajin manik-manik dalam upayanya menguasai pangsa pasar. Selain itu para pengerajin juga menerima pesanan yang mana modelnya terserah pemesan, namun untuk dapat memesan sesuai dengan model yang diinginkan pembeli harus memesan dalam jumlah banyak.
Pada gambar 3, adalah produk yang khusus diproduksi untuk wilayah kalimantan yang masih kental dengan budaya adat-nya. Mazkiyah pemilik UD. Roisah mengatakan:
“saya memproduksi khusus produk-produk yang dibutuhkan dari adat dayak, seperti tali pinggang dayak gorengan untuk kalung mereka. Dari dulu yang melayani pesanan yang gituan ya berawal dari saya mas. Dulu awalnya yang memesan manik-manik ya dari orang kalimantan makanya relasi di kalimantan saya punya banyak.”

Dari beberapa data diatas, menunjukkan bahwa manik-manik Jombang tidak hanya menyediakan produk yang sasarannya pada pasar moderen saja, namun untuk keperluan adat istiadat atau orang-orang yang masih memegang teguh adat istiadatnya.
3)      Menejemen Harga
Upaya menjadikan produk unggulan di masyarakat tidak cukup hanya dengan kulitas yang baik namun harus didukung dengan harga yang di bandrol sesuai dengan kemampuan masyarakat. Pengaruh harga dalam memasarkan produk di masyarakat sangat mempengaruhi. Seperti yang dikatakan oleh Sriyanah (pemilik UD. Anggun) mengenai penetapan harga yang di tawarkan kepada masyarakat seperti berikut:
“Terkadang untuk menetukan harga saya kesulitan, mungkin hampir semua pemilik UMKM juga kesulitan menetukan harga. Karena kalau pengusaha salah menetapkan harga di pasar bisa-bisa kalau ngak rugi ya barangnya ndak laku. Kalau saat ini kaya produk-produk yang berbentuk asesoris seperti bros, saya patok harganya Rp. 1000/biji, tapi kalau langsung perrenteng harganya bisa Rp5000 s.d. Rp9000-an, untuk penetuan harga juga tergantung tingkat kesulitan merengkai dan motifnya, nah kalau yang biasa dikirim ke Bali itu masih berupa manik-manik, perenteng berbentuk kalung itu harganya Rp1000 s.d. Rp5000/rentengnya.

Suloso (UD. Griya Manik) memberi tanggapan perihal penentuan harga sebagai berikut:
“Manik-manik yang ada di Desa Gambang memiliki kesamaan, mulai dari bahan baku, peralatan jadi hasilnya pun tidak jauh beda. Begitu juga kalau soal harga. Untuk penetapan harga di sini memang sangat bersaing, kalaupun beda hanya berbeda sedikit kadang beda karena membedakan harga eceran dengan grosiran.”

Lanjut suloso dalam argumennya;
“Memang untuk menetapkan harga itu susah-susah mudah. karena kita mencoba menyesuaikan keinginan konsumen, sedangkan konsumen ada yang beranggapan harga murah itu enggak awet, ada yang nyari harga murah, nah kadang untuk menyikapi itu lumayan sulit mas.”

Argumentasi-argumentasi dari pengusaha manik-manik mengenai penentuan harga, menunjukan masih ada kesulitan dalam penetapan harga. Bukan dikarenakan tidak mampu mengihtung antara pengeluaran atau kebutuhan produksi, namun sulitnya dalam menyikapi prilaku konsumen. Dengan kondisi masyarakat yang heterogen akan mempersulit produsen dalam menentukan harga.  Seperti yang dikatakan oleh Vablen dalam buku Ekonomi Politik (Deliarrnov:2006) menurut veblen, pada kenyataan ada juga sekelompok orang yang tidak rasional, yang justru lebih tertarik membeli suatu barang karena harganya mahal. Dari argumentasi veblen menerangkan tidak setiapkali produk yang di bandrol dengan harga yang murah akan mebuat konsumen memilih untuk membelinya. Namun beberapa konsumen memiliki kepercayaan bahwa dengan harga yang mahal ia akan mendapatkan produk yang memiliki kualitas tinggi.
Disisi lain, pengusaha manik-manik memiliki kepercayaan diri bila membahas soal harga. Karena produksi manik-manik terbesar di Indonesia hanya di Kab. Jombang. Dengan kata lain, bila membahas soal harga antara pengusaha manik-manik di Gambang akan sangat bersaing, karena antar pengusaha berupaya mencari konsumen. Maka setiap pengusaha selain berupaya membuat kualitas yang terbaik, juga memberanikan diri untuk mengambil keuntungan yang tidak banyak. Selain itu tidak ada derah di Indonesia dan luar Indonesia yang menjadi pusat pengerajin manik-manik kaca. Saat ini pesaing dari Manik-manik kaca Jombang ialah produk-produk dari cina. Walau lebih menarik namun tidak terbuat dari kaca. Achmad pemilik UD. Mujur menyampaiakan argumen:
“kalau masalah pesaing mungkin produk cinaan aja mas. Ya, yang produknya itu agak bening-bening. Tapi kalau menurut saya ndak mungkin bisa nerima pesanan yang kaya disini, pesen sedikit terus motif dan modelnya juga bisa sesuai dengan pemesan. Kareana produk yang cinaan itu buatan pabrik Selain itu harga-harga yang di patok disini lebih murah jadi saya pikir masih bisalah untuk bersaing.
 Dari argumentasi Achmad memberi tanda bahwa pengusaha manik-manik memiliki kepercayaan lebih bila saat persaingan bebas dimulai. Dengan mematok harga lebih murah dari yang lain, kualitas tinggi dan desain bisa dipesan sesuai dengan keingian pemesan menambah kepercayaan diri pengusaha manik-manik dalam menghadapi persaigan bebas nanti.
4)      Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki UMKM Manik-manik
Dalam dunia persaingan yang semakin ketat, peran sumber daya manusia yang berkualitas sangatlah berpengaruh bagi setiap UMKM. Sebab tenaga kerja Indonesia akan sangat tajam. Dimana pekerjaan yang semakin berat dan komplek akan membutuhkan tenaga kerja yang sangat profesional dan berkemampuan tinggi dalam banyak aspek. Disamping itu banyak bermunculan perusahaan-perusahaan dengan produk yang sama. Salah satu kunci sukses keunggulan dalam persaingan adalah perusahaan memiliki tenaga kerja yang produkif, berkualitas dan bekerja dengan efektif (Danang, 2015).
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki kreatifitas tinggi juga sangat dibutuhkan oleh UMKM Manik-maik kaca Jombang. Kemampuan memanfaatkan kecangihan teknologi, menejemen karyawan, kreatifitas dalam mengolah produk, dan kecepatan dan ke tepatan dalam memproses produksi, merupakan kemapuan-kemapuan yang dibutuhkan bagi pengusaha manik-manik kaca Jombang.
Tabel 5: Penggunaan Kecangihan Teknomlogi
Nama UMKM
Memanfaatkan Kecanggihan teknologi
Keterangan
Beads Flower
Website, e-mail searching
www.Beadsflower.co.id, beadsflower@plasa.com
Griya Manik
Website, e-mail, facebook. Dan searching
TATA
Blog, facebook,  Blackbary messenger. Dan searching
Manik2.blogspot.co.id, TATA MANIK MANIK dan 754556FE
Anggun
Blackbary messenger, dan searching
2A905457
Bintang
Searching
Pengguunaan hanya sebatas mencari model dan motif sebagai referensi dalam menambah inovasi pada produk, dan perkembangan zaman.
Dian Art
Searching
Pengguunaan hanya sebatas mencari model dan motif sebagai referensi dalam menambah inovasi pada produk, dan perkembangan zaman.
Krista Jaya
Searching
Pengguunaan hanya sebatas mencari model dan motif sebagai referensi dalam menambah inovasi pada produk, dan perkembangan zaman.
Roisah
-

Akbar Manik
Searching
Pengguunaan hanya sebatas mencari model dan motif sebagai referensi dalam menambah inovasi pada produk, dan perkembangan zaman.
Eka Jaya
Searching
Pengguunaan hanya sebatas mencari model dan motif sebagai referensi dalam menambah inovasi pada produk, dan perkembangan zaman.
Mujur
-


Penggunaan dan pemanfaatan kecanggihan teknologi dan informasi serasa telah diwajibkan oleh perkembangan zaman. Dari beberapa pengusaha manik-manik terdapat banyak pengusaha yang belum mampu menguasi dan memanfaatkan kemajuan Teknologi Informasi (TI). Kebanyakan dari pengusaha manik-manik hanya memanfaatkan kecangihan teknologi dalam segi mencari informasi baik untuk refernsi dalam menambah inovasi produk atau mencari informasi mengenai perkembangan model-model asesoris saat ini. Salimah (karyawan UD. Griya Manik) mengatakan:
“iya, ini asesoris untuk jilbab. Model-modelnya biasanya kita lihat di majalah-majalah dan kadang juga dari internet. Tapi biasanya yang ngasih modelnya itu dari bapak (suloso), kita hanya disuruh merangkai-nya saja.”

Pujiono pemilik UD. TATA mengatakan:
“ya, kalau untuk searching sih sering mas, ya karena kita bisa tahu tentang perkembangan model yang disukai masyarakat-kan dari internet lebih mudah. kan ndak mungkin yang kita jual modelnya itu-itu aja, ya nggak menariklah mas.”

Dari keseluruhan pengerajin manik-manik kebanyakan mereka memproduksi manik-manik yang model dari produk mereka merupakan model yang di butuhkan oelh masyarakat moderen. Namun tetap tidak meninggalkan atau tidak berarti meninggalkan model tradisional. Jadi informasi perkembangan model-model yang digemari sangat dibutuhkan. Seperti yang ada di UD. TATA hampir setiap bulannya mereka selalu mengeluarkan model-model baru, dan selalu berbagi informasi melalui sosial media seperti BlackBarry Messenger (BBM) dan melaui Face Book (FB).
   




Namun dalam persaingan bebas nanti, tidak hanya harus memiliki informasi yang banyak namun kekuatan internal juga harus kuat. Seperti karyawan dan modal. Dari sekian banyak pengusaha manik-manik rata-rata mereka memiliki karyawan lebih dari 5 orang. Hampir semua pengusaha tidak memiliki syarat-syarat tertentu dalam melakukan penerimaan karyawan. Namun kebanyakan dari karyawan sudah memiliki kemampuan untuk mengolah bahan baku menjadi manik-manik kaca. Warjianto (karyawan UD. Griya Manik) mengatakan:
“saya disini sudah hampir 10 tahun-an mas, ya dari anak saya kecil sampe sekarang udah SMA. Tapi sebelum saya ikut bapak (suloso) saya juga pernah ikut orang, dan saya juga pernah mencoba buat sendiri, tapi modal saya yang belum cukup. Jadi kalau dibilang mahir ya lumayanlah.”

Dari pemaparan Warjianto, bahwa sebelum ia bekreja dengan Suloso di telah memiliki pengalaman dalam membuat manik-manik kaca. Dilihat dari lama dan pengalaman kerjanya pastinya dia sudah bisa dikatakan ahli dalam mengelolah dan membuat manik-manik. Di Griya Manik dia di tempatkan sebagai pengolah limbah kaca untuk dijadikan bahan bakal jadi manik-manik, dan tidak semua orang yang sudah bisa melakukan pekerjaan ini. Dikarenakan pekerjaan ini membutuhkan pengalaman yang besar dalam mengolah limbah kaca terutama dalam hal pencampuran bahan. Karena bila ada yang salah dalam pencampuran bahan dan pewarna, hasil dari pengolahan akan jelek/rusak dan tidak akan bisa diolah menjadi manik-manik.
Tabel 6: Data Karyawan Pengerajin Manik-Manik
No
Nama UMKM
Sumber Daya Manusia
Banyak Karyawan
Pengalaman Kerja
1
Beads Flower
≥ 10 Karyawan
7-10 Tahun
2
Griya Manik
≥ 10 Karyawan
7-10 Tahun
3
TATA
≥ 10 Karyawan
4-7 Tahun
4
Anggun
5-10 Karyawan
4-7 Tahun
5
Bintang
5-10 Karyawan
4-7 Tahun
6
Dian Art
5-10 Karyawan
4-7 Tahun
7
Krista Jaya
5-10 Karyawan
4-7 Tahun
8
Roisah
≥ 10 Karyawan
7-10 Tahun
9
Akbar Manik
5-10 Karyawan
1-3 Tahun
10
Eka Jaya
3-5 Karyawan
1-3 Tahun
11
Mujur
3-5 Karyawan
1-3 Tahun

Walau telah memiliki SDM yang mumpuni, namun tidak berarti pengusaha manik-manik tidak menghawatirkan soal SDM yang mereka miliki pada persaingan bebas nanti. Griya Manik memiliki karyawan hingga 20 Karyawan, namun kendala terbesarnya ada pada ego karyawan-nya. Kecondongan kesulitan pada UMKM memang dalam mengatur karyawan, karena tidak adanya peraturan yang mengikat seperti yang ada di perusahaan-perusahaan besar. Suloso mengatakan:
“kebingunan saya dalam mengatur karyawan sangat besar mas. Seringnya mereka setelah dapat gaji atau target borongan mereka selesai mereka akan bermalas-malasan untuk bekerja. Seperti hari ini ada yang bolos dua orang. Ya, memang ini sudah menjadi hal yang biasa kalau kita bicara UMKM. Tapi saya punya rencana untuk mencoba seperti yang ada di pabrik-pabrik gitu mas, Cuma saya masih ragu karena kalau mau menerapkan menejemen itu saya membutuhkan modal yang besar dulu. Mungkin beberapa tahun kedepan saya bisa menerapkannya.”

Lanjut suloso:
“hal paling saya khawtirkan ketika ada pesanan banyak, yang di dateline. Pernah dapat orderan banyak dan akhirnya saya bagi ke pengusaha manik-manik lainnya. Karena saya merasa saya  tidak bisa memnuhi pesanan itu dengan jangka waktu yang mereka berikan, jadi jalan keluarnya saya kerjasama dengan beberapa pengusaha manik-manik lain.”

Soal kehawatiran SDM Mazkiyah (pemilik UD. Roisah) memberikan argumentasinya:
“nah, kalau nantinya ada banyak pesanan dari kalimantan atau malaysia yang saya khawatirkan itu takut tidak bisa memenuhi permintaan pemesan mas. Karena saya juga tidak memiliki karyawan yang begitu banyak, paling satu orangnya dalam satu hari hanya bisa buat 10-20 renteng manik-manik itu semua juga tergantung kesulitan desain manik-maniknya.”

Dari beberapa argumentasi yang dipaparkan oleh pengusaha manik-manik memperlihatkan bahwa bagi mereka SDM yang mereka miliki masih di anggap kurang. Mulai dari sitem menejemen SDM/karyawan yang ada di UMKM memang sangat sulit, karena yang ditekankan di dalam sistem menejemen SDM di UMKM hanyalah berupa kesadaran dan kekeluargaan. Jadi kendala terbesar di UMKM ialah menemukan formula penyelesai permasalah menejemen karyawan. Ditambah di UMKM manik-manik dalam pengelolahan limbah dan atau menjadikan menjadi manik-manik masih menggunakan alat-alat tradisional, yang mengakibatkan pengusaha manik-manik belum mampu apabila mendapatkan orderan yang melebih dari 100 ton dalam jangka waktu yang singkat. Selain alat, bahan dasar dari manik-manik-pun seiring perkembangan masa akan berkurang, karena manik-manik kaca berbahan baku dari limbah-limbah kaca lampu atau piring beling yang berwana putih. Karena tidak semua jenis kaca yang bisa di olah menjadi manik-manik. kelangkaan bahan baku juga akan sangat menghambat kemampuan pengusaha manik-manik dalam memproduksi atau memenuhi pesanan-pesanan yang ada.




3.      Kekuatan Eksternal
a.      Dukungan Pemerintah
Sholeh (2013) mengungkapkan bahwa UMKM sebagai sektor Ekonomi nasional yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi kerakyatan. Dalam hal ini, menunjukan yang dapat membantu pemerintah dalam mengembangkan daerah ataupun negara yang terbesar dari pengusaha atau UMKM. Begitu sebaliknya, akan mempercepat perkembangan UMKM bila bersinergis dengan pihak pemerintah. Seperti yang di katakan Muslim selaku kepala seksi UMKM di Dinas Koperasi dan UMKM jombang:
“Dinas Koperasi dan UMKM tidak berperan besar pada UMKM. Tapi, kita dari Dinas Koperasi dan UMKM selalu melakukan pendampingan terhadap UMKM di Jombang. Seperti yang akan dihadapi tahun depan, itu juga menjadi PR (tugas) bagi kami. Seperti sosialisasi, salah satu upaya yang kami lakukan, agar pengusaha-pengusaha di Jombnag tahu mengenai MEA dan lebih mempersiapkan usahanya untuk bersaing dengan UMKM dalam dan luar negeri.”

Peran pemerintah dalam mensukseskan UMKM-nya untuk menghadapi AEC memang sangat besar. Khususnya di Jombnag, banyak pengusaha UKM mendirikan usaha dilatarbelakangi hobi yang awal pendiriannya tidak direncanakan untuk menjadikan usaha yang besar. dalam persaingan AEC nanti, paradigma-paradigma yang telah dibangun sejak awal memang harus di ubah menjadi paradigma pragmatis. Dimana orientasi pengusaha UKM bukan lagi sebuah hobi melainkan persaingan dan produktifitas. Dalam hal inilah peran dari pemerintah sangat dibutuhkan bagi pengusaha-pengusaha UKM. Dalam upayanya bidang perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) membuat bebeapa program yang orientasinya untuk memunculkan daya saing antar UMKM di Jombang dengan menggelar bazar produk unggulan Jombang di setiap tahunnya.
Di Kab. Jombang tidak hanya Dinas Koperasi dan UMKM yang mengawal perkembangan UMKM Jombang, melainkan  Disperindag juga turut andil dalam mengembangkan UMKM Jombang. Namun Dinas Perindustrian lebih sepesifiknya mengawal industri-industri Jombang, tidak sedikit bantuan yang berupa peralatan didistribusikan ke IKM (Industri Kecil Menengah) Jombang guna meningkatkan produktifitas IKM Jombang. Dalam hal bantuan pemerintah Jombang hanya memberi bantuan berupa alat produksi dan bantuan-bantuan meningkatkan soft skill seperti pelatihan dan seminar. Seperti yang dikatakan Sudjono (Kasi bina produksi dan sarana):
“kami hanya membina usaha-usaha yang basisnya industri saja, tapi kalau Dinas Koperasi dan UMKM keseluruhan usaha. Termasuk UMKM manik-manik gudo, juga binaan kami mas. Dulu pernah dapat bantuan berupa mesin penggiling kaca agar lebih mudah untuk diproses. Pernah juga kami adakan pelatihan pembuatan bahan baku manik-manik biar pengusaha manik-manik ngak bingung kalau kehabisan bahan baku, tapi ndak tau diterapkan atau tidak sama mereka. Karena mereka itukan bahan bakunya ngambil dari pengepul rosokan kaca, jadi ada kemungkinan terjadi kelangkaan bahan baku, jadi kami inisiatif mengadakan pelatihan itu. Kalau tahun lalu kami juga bantu IKM dalam memproses pembuatan Merek dan HAKI, dan semua itu biayanya ditanggung pemerintah”

Sudjono mengungkapkan bahwa peran pemerintah dalam membantu UKM/IKM sanagat sentral. Dalam upaya memajukan UMKM/IKM pemerintah memang sangat terihat karena adanya persaingan bebas juga menjadi tanggung jawab pemerintah atas masyarakatnya.  Segala upaya dilakukakn yang pada akhirnya bertujuan selain memajukan UMKM/IKM dan membangun iklim daya saing juga ingin membumikan produk-produk lokal untuk masyarakat lokal. Dengn upayanya membuat bazar setiap tahunnya yang juga berorientasi untuk memperkenalkan produk-produk asli Jombang kepada masyarakat Jomabang.
Selain bantuan berupa peralatan, pelatihan dan pembinaan. Dinas Koperasi dan UMKM serta Diperindag juga menyediakan Show room bagi UMKM/IKM Jombang dalam mempromosikan produknya. Showroom yang disediakan Dinas Koperasi dan UMKM terletak di sebelah kantor Dinas Koperasi dan UMKM. Sedangkan yang disediakan oleh Disperindag terletak di depan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Jombang. Dengan adanya program penyediaan ruang ini sangat membantu pelaku UMKM Jombang. Program yang berorientasi untuk membantu mempromosikan produk-produk UMKM/IKM ini memang ditujukan untuk masyarakan Jombang dan masyarakat yang berkunjung di Jombang sebagai pusat oleh-oleh Jombang.

 

  

C.    Tantangan UMKM dalam Menjalani AEC
Pelaksanaan AEC pada tanggal 31 Desember 2015 nanti akan sangat membawa perubahan pada pasar Indonesia khususnya bagi UMKM Jombang. Akan memunculkan beberapa tantangan:
1)      Tantangan bagi pemilik usaha : Peran penting akan di pikul oleh pemilik usaha/UMKM agar dapat berkompetisi dengan pengusaha lain. Tuntutan dunia persaingan yang harus dipenuhi oleh pengusaha ialah terus meningkatkan kemapuan dalam menjalankan usaha secara profesional guna dapat meningkatkan kompetisi dengan produk yang berasal dari negara ASEAN lainnya. Selain itu mengubah cara pandang dalam mengembangkan usaha merupakan tantangan terberat bagi pengusaha di Jombang khususnya pada UMKM Manik – manik. Pasalnya tidak sedikit pengusaha manik – manik yang berpandangan bahwa usahanya telah memiliki pangsa pasar yang cukup besar, pada akhirnya mereka enggan untuk mengembangkan usaha dan pangsa pasar.
2)      Kesamaan Produk : hal yang perlu diperhatikan adalah kesamaan produk Manik – manik. seperti halnya pada negara Cina, yang telah mampu memproduksi manik – manik dan mampu untuk mengekspor produknya. Walau pada saat ini Indonesia khususnya Jombang merupakan pusat penghasil manik – manik namun produk – produk dari cina bisa menjadi tantangan terbesar bagi pengusaha manik – manik Jombang.
3)      Daya saing Produk : Dalam hal ini, pengusaha manik – manik Jombang harus meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya. Sejauh ini kualitas manik – manik Jombang bisa dikatakan baik. Karena pada manik – manik kaca Jombang lebih menekankan pada nilai - nilai seni seperti produk – produkyang dihasilkan berupa kalung khas dari suku – suku yang ada di Indonesia dan asesoris lainnya. Namun dari segi kuantitas menjadi tantangan utama bagi pengusaha manik – manik Jombang. Dikarenakan proses produksi pada UMKM manik – manik di Jombang masih menggunakan proses secara manual.
4)      Daya saing SDM : Kemapuan bersaing SDM tenaga kerja UMKM/ karyawan di Jombang kususnya pada UMKM Manik - manik  harus ditingkatkan baik secara formal maupun informal. Karena mendapatkan kualitas terbaik dalam penciptaan produk maupun perkembangan usaha bermula dari SDM.


http://ipan.web.id/dasar-marketing-5-unsur-dalam-strategi-pemasaran-bagi-pemula/